Zionis Membabi-buta, Tak Ada Gencatan Senjata di Tepi Barat
DAARUTTAUHIID.ORG | TEPI BARAT – Gencatan senjata yang berlaku di Gaza tak ada gaungnya di Tepi Barat. Sebaliknya, sejak gencatan di Gaza, tindakan Israel kian membabi-buta di Tapi Barat.
Lembaga HAM Israel B’Tselem mengatakan “Israel terus melanjutkan perang habis-habisan terhadap rakyat Palestina” dengan tentara dan pemukim meningkatkan serangan terhadap Tepi Barat yang diduduki. “Sejak gencatan senjata dimulai di Gaza, Tepi Barat membara,” kata kelompok itu dalam sebuah postingan di X.
“Para pemukim menyerang masyarakat hampir setiap malam pada minggu lalu, terkadang dengan tentara yang berjaga,” katanya, sementara serangan militer di kota-kota dan desa-desa di Tepi Barat telah menewaskan puluhan orang sejak 19 Januari. “Ini bukan gencatan senjata,” tambahnya.
Pada Senin, tentara Israel melanjutkan penggerebekan mereka di kota-kota besar dan kecil di Tepi Barat yang diduduki, menurut Aljazirah Arabia dan kantor berita WAFA.
Di desa Silat al-Harithiya di Jenin, di utara Tepi Barat yang diduduki, tentara Israel menangkap dua pemuda dan membakar sebuah rumah, Aljazirah melaporkan. Di desa yang sama, pejuang Palestina yang tergabung dalam Batalyon Jenin mengaku meledakkan alat peledak yang merusak kendaraan militer Israel.
Di selatan Tepi Barat yang diduduki, tentara Israel menyerbu kota Hebron, memicu lebih banyak bentrokan dan mengerahkan bom suara, kantor berita Wafa melaporkan. Seorang pemuda Palestina yang terluka akibat pecahan bom suara juga dibawa ke rumah sakit, katanya.
Pasukan pendudukan Israel pada Senin menganiaya sejumlah warga Palestina dan mencuri sejumlah uang yang mereka miliki, ketika mereka lewat di dekat pintu masuk utara kota Salfit.
Pasukan pendudukan Israel yang ditempatkan di pinggir jalan, terutama di dekat pintu masuk koloni Ariel, membangun di atas tanah warga di Salfit, Iskaka, Marda dan Kafel Haris, menggeledah kendaraan orang setiap hari dan terus menerus, menganiaya dan menyerang orang-orang di dalamnya, mencuri sejumlah uang, menggeledah ponsel mereka, dan menahan pengemudi mereka selama beberapa jam, mengingat bahwa ini adalah jalan yang diambil warga sipil ketika menuju ke kota Salfit.
Pasukan pendudukan Israel melanjutkan agresi di kamp Al-Far’a, selatan Tubas, selama sembilan hari berturut-turut pada hari ini, Senin.
Koresponden WAFA melaporkan bahwa pasukan pendudukan masih mengirimkan lebih banyak bala bantuan militer dari pos pemeriksaan Hamra menuju kamp tersebut, sambil terus menghancurkan infrastruktur dan properti warga di sana.
Dia menambahkan bahwa pasukan pendudukan terus menggerebek banyak rumah warga dan menghancurkan isinya, serta melakukan penyelidikan lapangan terhadap puluhan warga sipil dan menahan lainnya.
Pasukan pendudukan juga masih memaksa banyak keluarga untuk meninggalkan rumah mereka, sementara ratusan orang terpaksa mengungsi secara massal ke luar rumah, dalam kondisi yang sangat sulit dan di bawah ancaman serta pelecehan.
Warga sipil di dalam kamp masih hidup dalam kondisi kemanusiaan yang sangat sulit, akibat pemadaman air yang terus berlanjut di kamp, dan terhambatnya masuknya makanan dan persediaan dasar, termasuk obat-obatan untuk pasien dan susu bayi oleh pendudukan.
Setidaknya 35.000 warga Palestina terpaksa mengungsi di Tepi Barat yang diduduki karena serangan militer Israel yang sedang berlangsung dan operasi yang terjadi di seluruh wilayah Palestina.
Militer Israel menyatakan bahwa mereka menargetkan pejuang bersenjata Palestina dan ingin menindak mereka di wilayah tersebut. Namun, warga sipillah yang terdampak oleh aktivitas militer Israel, karena banyak infrastruktur sipil yang rusak dan hancur.
Ketika serangan ini dimulai di Jenin lebih dari dua minggu yang lalu, kendaraan militer Israel yang bersenjata lengkap memasuki kamp pengungsi, menghancurkan jalan-jalan penting dan infrastruktur di sepanjang jalan, dan hal ini telah menyebar ke sekitar lima kota berbeda di Tepi Barat yang diduduki.
Sekarang, militer Israel pernah mengatakan bahwa gencatan senjata di Gaza telah terjadi, bahwa mereka bersiap untuk serangan besar-besaran di Tepi Barat, dan bahwa sekarang mereka memiliki lebih banyak sumber daya militer untuk dialokasikan di sana, karena fokusnya bukan pada Gaza.
Namun, warga sipil Palestina mengatakan bahwa mereka [sedang] dipaksa keluar, bahwa kebijakan yang dilakukan militer di Gaza selama 16 bulan terakhir juga tercermin di Tepi Barat yang diduduki.**
Redaktur: Wahid Ikhwan
Sumber: Republika