Yang Jauh Dibantu, Apalagi yang Dekat
Untuk apa jauh-jauh ngirim bantuan ke Suriah, ke Palestina, kan yang dekat juga masih banyak yang membutuhkan? Pertanyaan bernada skeptis seperti ini kerap ditujukan kepada lembaga-lembaga kemanusiaan atau lembaga amil zakat (LAZ). Ada yang terpengaruh, ada yang acuh, namun juga berupaya menjelaskannya.
Mengahadapi pertanyaan demikian, Herman, Direktur Utama DT Peduli menanggapinya dengan santai sekaligus berupaya menjelaskannya agar tidak terjadi kesalahpahaman. Menurutnya, baik yang jauh maupun yang dekat, ketika banyak yang memerlukan bantuan, maka wajib dibantu.
Seperti yang dilakukan DT Peduli melalui program sosial kemanusiaanya. Tidak hanya di Indonesia, atas nama kemanusiaan, DT Peduli pun mengirimkan bantuan kemanusiaannya hingga ke luar negeri, seperti Palestina, Suriah, Rohingya, dan Somalia.
Menurutnya, kemanusiaan itu tidak dibatasi dengan jarak, agama, ras, dan yang dilihat adalah sisi bencananya. Ada bencana yang skala lokal, nasional, ada juga yang internasional.
“Sama saja. Yang dekat kita perhatikan, yang jauh juga kita perhatikan. Toh ujung-ujungnya kita bicara tentang kemanusiaan,” katanya pada Selasa (6/3).
Herman menyebutkan, DT Peduli memfasilitasi dan menyalurkan setiap bantuan sesuai akad dari para donatur. Tidak hanya di Indonesia, jika para donatur menginginkan bantuannya dikirim ke luar negeri, maka DT Peduli dengan senang hati menyalurkan bantuan tersebut sesuai akadnya.
“Insya alllah yang dekat akan terus kita bantu, tetapi ketika ada yang meminta bantuan untuk disalurkan kepada yang jauh, maka kita pun akan tetap membantu,” tambahnya.
Herman menambahkan, sangat wajar ketika ada orang yang ingin membantu saudaranya di luar negeri, apalagi bencana yang dialami negera tersebut masuk dalam kategori bencana internasional. Ketika negaranya sendiri tak mampu membantu, maka negara lain yah wajib membantunya.
“Contoh Palestina. Sekarang kalau mereka mengandalkan bantuan dari orang Palestinanya sendiri, ya sama sama sulit. Somalia juga masuk ke kategori negaara yang sulit. kalau mereka tidak dibantu oleh negara lain, termasuk Indonesia, mau dibantu oleh siapa?” paparnya