Warisan Keteladanan Almarhumah Ibunda Aa Gym
Kabar duka menyelimuti KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) dan Keluarga Besar Pondok Pesantren Daarut Tauhiid (DT). Ibunda Aa Gym yang bernama Hj. Yetty Rochayati binti S. Permana, atau yang akrab disapa Enin, menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Kota Bandung, pada Ahad (28/4) lalu.
Sebelum wafat, sekitar pukul 04.00 WIB, dalam kondisi sudah lemas, Almarhumah Enin ingin tetap melaksanakan salat tahajud. Enin pun dibantu oleh keluarga untuk bertayamum, dan salat dengan posisi bersandar. Dalam salat tahajudnya itu, kondisi Enin semakin lemah sampai tak sadarkan diri. Pukul 05.00 WIB, dilakukan beberapa tindakan dokter untuk memulihkan kesadarannya. Namun, pada pukul 05.18, dokter memastikan bahwa enin sudah wafat, kembali kepada Allah SWT untuk selama-selamanya.
Air mata kesedihan tak hanya dirasakan oleh pihak keluarga, tapi seluruh Santri DT, dan semua yang mengenal Enin semasa hidupnya. Harapan pun terselip dalam doa, semoga almarhumah Enin bahagia di alam selanjutnya, mendapat jamuan terbaik dari Sang Pencipta, dan kelak dikumpulkan kembali bersama orang-orang yang dicintainya di surga-Nya Allah SWT. Aamiin Ya Rabbana.
Menyikapi Wafat Ibunda dengan Iman
Tidak ada satu pun kejadian di alam semesta ini, baik yang besar dan kecil, baik yang menyenangkan atau yang menyedihkan dalam pandangan kita, melainkan pasti semua terjadi atas izin Allah SWT. Termasuk wafatnya Enin, Ibunda Aa Gym tercinta. Allah SWT berfirman, “Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘innalillahi wa innailaihi raaji’uun,’” (Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan kepada-Nya lah kami kembali) (QS. al-Baqarah [2]: 156)
Ketika ibundanya kembali kepada Allah, posisi Aa Gym sedang berada di Tanah Suci Makkah, memimpin jamaah umrah beribadah di sana. Terkejut, tidak menyangka, sedih, dan pilu karena tak berada di sisi ibunda pada detik-detik akhir kehidupannya, tentu dirasakan olehnya. Beragam upaya dilakukan agar dapat segera kembali ke tanah air. Namun, takdir berkata lain. Qadarullah, Aa Gym hanya bisa menyaksikan pemakaman Enin melalui video call, langsung dari Baitullah.
“Kalau menunggu Aa pulang, terlalu lama. Kasihan Enin. Lagi pula itu tidak dicontohkan Rasulullah saw, khawatir jadi zalim,” katanya dari Tanah Suci. Aa Gym meyakini, posisinya berada di Baitullah saat ibundanya wafat, sudah diatur oleh Allah SWT. “Mungkin ibu saya juga lebih senang saya ada di sini, di tempat yang doanya mustajab, insya Allah,” lanjut Aa Gym.
Proses pemakaman Enin di Tanah Air terus berlanjut. Almarhumah dibawa ke rumah duka di Komplek Perumahan Angkatan Darat (KPAD), Gegerkalong Girang, Bandung untuk dimandikan dan dikafani. Adik Kandung Aa Gym, yakni Abdurrahman Yuri (A Deda), ke luar rumah menggotong keranda Enin beserta keluarga dan kerabat lainnya, menuju Masjid at-Taqwa KPAD.
Sekuat tenaga A Deda berdiri menjadi imam untuk salat jenazah ibundanya. Menguatkan diri untuk tetap tegar dan memimpin doa. Berharap keikhlasan anak-anak dan keluarga, menjadi jalan kemudahan Enin di alam barzah.
Ratusan jamaah pun ikut menyalatkan, dan tak terhitung jumlahnya yang melakukan salat gaib, serta mengantar ke pemakaman. Namun, sebelum benar-benar dimakamkan, Enin kembali disalatkan di Masjid Rahmatan Lil’alamin Eco Pesantren DT, kemudian dimakamkan di dekat masjid.
Di pemakaman, udara pun terasa sejuk. Segala proses pemakaman dimudahkan oleh Allah SWT. Doa-doa dilantunkan oleh para santri dan semua yang hadir. Hujan pun perlahan turun dari langit, seolah alam semesta turut berduka, hamba-Nya yang insya Allah ahli surga, telah wafat meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.
Jangan Sia-siakan Kebersamaan dengan Orangtua
“Tiap pulang dari Jakarta, yang pertama kali ditemui adalah ibu. Sebisanya, sebelum berangkat ke mana pun, pamit ke ibu dulu. Punya uang, berbagi dengan ibu, walaupun ibu tidak perlu, tapi seneng saja, karena saya tahu ibu saya senang sedekah. Semakin banyak dikasih, makin banyak sedekahnya. Sebelum tidur, telepon ibu dulu. Sekarang ibu sudah tidak ada, sedih saya. Saya pulang gimana? Asa hampa hati saya itu. Sudah dikubur sekarang ibu. Mahal sekali kebersamaan itu,” tutur Aa Gym sambil menahan tangis.
Kedekatan Aa Gym dengan almarhumah ibundanya memang luar biasa. Bahkan di pertemuan terakhir mereka, Enin menyempatkan diri mengantar Aa Gym hingga ke depan pintu rumahnya. Melambaikan tangan, hingga punggung sang anak hilang dari pandangan. Masya Allah!
Teruntuk semua yang telah membantu mengurus Enin semasa hidup, membantu proses pemakaman, hingga yang membantu dengan mendoakan, Aa Gym mengucapkan terima kasih dari lubuk hati yang terdalam.
“Kepada seluruh kaum muslimin dan muslimat di Indonesia, para ulama, habib, sheikh, ustaz, para tokoh masyarakat, pejabat, sahabat, adik-adik, yang memberikan kepedulian, ungkapan bela sungkawa, dan terutama doa dengan wafatnya ibunda, Aa dan keluarga besar mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga jadi amal saleh bagi semua yang melakukan kebaikan, dan doanya dikabulkan oleh Allah, sehingga Allah lapangkan ibunda di alam kuburnya,” paparnya.
Aa Gym juga menyampaikan, wafatnya sang ibu, diharapkan menjadi hikmah bagi semua, bahwa setiap yang bernyawa akan meninggal pada saat yang ditetapkan Allah. “Sehingga mudah-mudahan siapa pun yang menyimak hikmah ini, lebih siap lagi untuk kapan pun kita meninggal. Tidak menyia-nyiakan orangtua, karena tidak tahu kapan akan berpisah, dan bagi kita pun harus sudah sangat siap, kapan pun kita wafat. Mari kita jadikan umur yang tersisa ini hanya untuk kebaikan. Niat baik, berkata baik, berbuat baik, apa pun yang terjadi hanya kebaikan, agar kita wafat dalam kebaikan, husnul khatimah,” katanya.
Terakhir, Aa Gym berpesan untuk tidak menyia-nyiakan waktu saat bersama keluarga,
orangtua, anak, sahabat, dan kerabat. Katanya, jadikan setiap pertemuan itu yang terbaik, karena belum tentu ada perjumpaan lagi setelah itu.
“Bisa yang kita tinggalkan yang meninggal, atau kita yang meninggal. Jangan pernah menyia-nyiakan kebersamaan. Usahakan setiap pertemuan adalah yang terbaik, dengan niat terbaik, dengan cara terbaik, dengan kesan terbaik. Agar kalau tidak berjumpa lagi, yang ada hanyalah kenangan kebaikan. Jangan pernah sia-siakan kebersamaan,” pungkasnya. (Cristi Az-Zahra)