Ustaz Abu Syauqi Ungkap Makna Syukur dalam Kehidupan
Kajian Ma’rifatullah pada Kamis (26/9) tampak berbeda dari biasanya. KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) tidak dapat mengisi kajian tersebut, karena sedang mendampingi jamaah umroh di tanah Suci Makkah. Maka, pengisi kajian pun diganti oleh sahabat sekaligus besannya, yakni Ustaz Abu Syauqi, Lc.
Sebelumnya Ustaz Abu Syauqi memulai tausiahnya, Aa Gym melalui rekaman suara memperkenalkan besannya itu kepada jamaah. “Ustaz Abu Syauqi adalah sahabat aa sejak lama. Dari dulu di awal berjuang, dan lama juga tidak berkomunikasi, tiba-tiba menjadi intens ketika putranya dengan putriku ternyata berjodoh, alhamdulillah. Abu. terima kasih sudah hadir, semoga takdir persaudaraan ini membawa banyak maslahat, tidak hanya bagi kita sesama keluarga, tapi juga kepada umat, Aamin Ya Rabbal ‘alamin,” kata Aa Gym.
Pada kajian tersebut, Ustaz Abu Sauqi mengajak jamaah untuk lebih mengenal Allah dengan banyak bersyukur. “Di dalam al-Quran ataupun hadis, cerita syukur ini panjang sekali. Maka, ini adalah salah satu seni yang banyak dimanfaatkan oleh para sahabat. Orang yang pandai bersyukur pasti orang itu akan mendapatkan kebahagiaan. Orang yang kenal kepada Allah, yang berhubungan baik dengan Allah, dan banyak bersyukur, jangankan kaya, miskin pun akan bahagia,” tuturnya.
Ia kemudian menceritakan kisah Sahabat Nabi saw, yaitu Abu Qilabah. Katanya, Abu Qilabah ialah seorang yang senantiasa menangis bersyukur kepada Allah, di sebuah gubuk yang berada ditengah hutan. Padahal keadaan fisiknya tidak memiliki tangan, kaki, serta kedua matanya buta.
Lalu ada seorang musafir yang mendengar tangisannya itu bertanya kepada Abu Qilabah. Mengapa engkau bisa berterima kasih kepada Allah, sedangkan keadaanmu seperti ini? Lalu Abu Qilabah menjawab “Kenapa kamu tidak bisa menemukan kenikmatan yang Allah berikan kepada kamu?”.
Musafir itu lalu bertanya lagi. Bagaimana Abu Qilabah mengurus keperluannya sehari-hari? Abu Qilabah pun menjawab “Anakku yang melakukannya, tapi ia sudah tidak pulang dua hari ini. Bolehkah tuan membantu mencarikan kabar tentangnya?”
Musafir itupun pergi mencari keberadaan anak Abu Qilabah lalu datang dengan sebuah kabar bahwa anaknya telah meninggal diterkam harimau. Kemudian Abu Qilabah berdoa kepada Allah “Ya Allah, hari ini aku tidak ada lagi yang mengurus, oleh karena itu hamba minta kembali kepadaMu”. Ia pun menarik nafas panjan,g lalu mengucapkan dua kalimat syahadat, dan kembali kepada Allah SWT.
“Setelah kematian Abu Qilabah, ada sekelompok orang yang mencari keberadaannya, lalu bertanya kepada sang musafir tentang ciri-cirinya. Musafir itu menjawab, bahwa Abu Qilabah baru saja meninggal. Ternyata sekolompok orang tersebut mencari Abu Qilabah karena diutus oleh rajanya untuk dijadikan penasihat kerajaan, tapi ia menolak dan memilih tinggal dihutan untuk lebih mendekat kepada Allah SWT. Ternyata Abu Qilabah adalah sahabat terakhir Rasulullah saw. Hikmah dari kisah ini ialah, kebahagiaan orang yang bertakwa itu tidak bergantung pada fasilitas dunia dan kondisi lahiriah, tapi ketenangan ruhiyah” jelas Abu Syauqi.
Menurutnya, rajin bersyukur akan menumbuhkan rasa sabar dan penyayang. “Jadi kalau anda emosional terhadap keluarga, mudah marah, emosi, harus banyak bersyukur. Nanti lama-lama sifat marah akan menurun, dan lama-lama akan hilang,” katanya. (Fatimah)