Usaha dan Rezeki

Islam sebagai ajaran yang sempurna dan menyentuh segala lini kehidupan, menempatkan hidup ini sebagai tempat beramal. Kendati hakikat kefanaan dunia dengan tegas senantiasa diingatkan dalam Islam, namun itu bukan berarti membuat umatnya menjadi hanya berpasrah pada dunia. Justru salah satu ajaran agung Islam adalah menganjurkan para pemeluknya untuk selalu berusaha. KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) selalu mengingatkan pentingnya berusaha dalam rangkaian kesatuan berzikir, berpikir, dan berikhtiar.

Allah Ta’ala berfirman:

اَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰى ۙ ﴿النجم : ۳۸

وَاَنْ لَّيْسَ لِلْاِنْسَانِ اِلَّا مَا سَعٰى ۙ ﴿النجم : ۳۹

Artinya: “(yaitu) bahwa seseorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (QS. an-Najm [53]: 38-39).

Konsep Rezeki

Segala sesuatu yang dilakukan dan diperbuat umat Islam, sebisa mungkin agar bernilai ibadah. Begitu pula dengan mencari rezeki. Tidak hanya masalah uang, rezeki dalam Islam sangatlah luas. Kata rezeki berasal dari kata (رزقا – يرزق – رزق) yang bermakna segala sesuatu yang bermanfaat dalam kehidupan, seperti hujan, nasib bagian kekayaan, gaji atau pun upah.

Beberapa mufassir mengemukakan pendapatnya tentang rezeki, di antaranya menurut Buya Hamka rezeki adalah pemberian atau karunia yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya, untuk dimanfaatkan dalam kehidupan. Sedangkan menurut M. Quraish Shihab, rezeki adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia baik dalam material maupun spiritual.

Oleh karena itu, apa yang dikumpulkan belum tentu menjadi rezeki kita. Rezeki itu telah sempurna menjadi milik kita bila memang bermanfaat bagi kita dalam tiga hal. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda, “Manusia selalu mengatakan, “Hartaku, hartaku!” Padahal hakikat dari hartamu–wahai manusia –hanyalah apa yang kamu makan sampai habis, apa yang kamu gunakan sampai usang, dan apa yang kamu sedekahkan sehingga tersisa di hari kiamat. (HR. Muslim).

Cara yang Baik

Islam mewajibkan setiap individu berusaha mencari rezeki dengan cara yang baik, halal, dan bersih supaya rezeki yang diperoleh diridai Allah Ta’ala. Allah memberi keutamaan kepada manusia dengan menganugerahi sarana yang lebih sempurna dibandingkan makhluk lainnya. Yakni berupa akal, pikiran, agar dapat berikhtiar mencari rezeki.

Allah Ta’ala memberikan rezeki kepada siapa saja, baik mukmin, kafir, tua, muda, laki-laki, perempuan semuanya akan mendapat bagiannya masing-masing. Karena Allah adalah Maha Penjamin atau Pemberi rezeki, sehingga makhluk hanya dianjurkan untuk berusaha dan berikhtiar mendapatkan rezeki tersebut. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ ﴿هود : ۶

Artinya: “Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud [11]: 6).

Allah Ta’ala menyediakan bumi sebagai hamparan supaya manusia dan makhluk lainnya dapat memperoleh rezeki-Nya. Allah memerintahkan kepada manusia untuk berusaha mencari rezeki di berbagai penjuru bumi. Manusia juga diminta untuk berpikir supaya bertambah maju dalam kehidupannya. Karena apabila lemah pikirannya maka lemah pula kesanggupannya dalam menghadapi berbagai hal.

Allah Ta’ala menyediakan rezekinya bagi manusia yang bersungguh-sungguh mencari dan berusaha mendapatkannya, dan tidak diberikan kepada orang yang berpangku tangan, dan tidak pula kepada orang yang bermalas-malasan. Sesungguhnya Allah menghargai orang-orang yang berusaha dan bekerja keras untuk meraih kesuksesan hidupnya di dunia maupun di akhirat.* (Gian)

*disarikan dari Korelasi Rezeki dengan Usaha dalam Perspektif Al-Qur’an oleh Nina Rahmi