Umur Terbatas, Pria Ini Pilih Pahala Tiada Batas
Wakaf berbeda dengan sedekah lainnya yang hanya sekali langsung habis. Pahala yang mengalir pun hanya sekali saja. Sebaliknya, wakaf merupakan sedekah jariyah yang pahalanya terus mengalir.
Senyum ramah menyambut Agus Kurniawan, Direktur Wakaf dan Hafiizhullah, Kabag Marketing (DT), pada Jumat (24/11), setibanya di sebuah rumah minimalis dua lantai. Sang pemilik mempersilakan keduanya masuk ke ruang tamu. Pria 42 tahunan itu langsung terlihat sibuk menyuguhkan penganan buatan istrinya.
Sambil menunggu minuman datang, pembicaraan dimulai dengan perkenalan, kemudian Agus mengutarakan kembali alasan tim Wakaf DT bersilaturahim yang sebelumnya sudah disampaikan oleh Hafiz.
Agus mengatakan, ikrar wakaf untuk sawah seluas 2028 meter persegi adalah tujuan utama kedatangan Wakaf DT hari itu, selain bersilaturahim. Sang pemilik rumah tampak berbinar mendengar hal tersebut. Dengan terus terang, dia mengungkapkan, menginginkan ikrar wakaf segera dilakukan. Butuh waktu lebih dari sepekan, untuk sampai ke hari yang dinantinya ini.
Agus pun menjelaskan, ada prosedur yang harus ditempuh sebelum sebuah aset bisa diterima sebagai wakaf. Mendengar hal itu, dia pun mengaku mafhum dengan semua prosedur dan tampak lebih bersemangat untuk segera mengucapkan ikrar wakaf. Dia semakin mantap mewakafkan aset yang dicintainya.
Bahagia saat Ikrar Wakaf Diucapkan
Setelah mempertegas akad wakaf yang diinginkan sang muwakif, Agus segera mengikrarwakafkan sebidang sawah itu. Senyum dan binar mata dari muwakif yang tidak ingin disebut namanya itu, semakin terlihat. Dia mengungkapkan, hatinya lebih tenang usai ikrar wakaf diucapkan.
“Alhamdulillah, saya tenang. Saya kejar-kejar, kapan bisa serah terima. Karena setan kan selalu ganggu untuk merubah pikiran kita; ‘janganlah-janganlah’, gitu kan. “Ini tidak sedikit, kamu susah cari uang,” kan? Tapi insyaAllah saya ikhlas sepenuhnya,” tuturnya sambil tersenyum.
Dia menyerahkan penglolaanya sepenuhnya kepada Wakaf DT. Yang penting, tegasnya, wakaf itu bisa bermanfaat bagi umat. Dia berharap wakaf itu bisa terus mengalirkan pahala yang bisa “dipanennya” kelak di akhirat.
Dia juga berharap, dengan wakaf itu hartanya bisa bersih dari riba. Dia mengaku sempat terlibat transaksi riba dengan meminjam uang ke bank. Dan tanah tersebut merupakan salah satu aset yang dibelinya.
“Saya beli tanah ini 2014. Kebetulan saya dulu buat kesalahan, saya pinjem uang dengan cara riba. Dan uang itu, saya belikan salah satunya untuk tanah ini. Jadi sekalian, untuk membersihkan, siapa tahu masih ada riba di harta saya. Ya sudah saya wakafkan. Intinya itu,” ucapnya.
Anak menjadi penghafal Quran juga menjadi harapan bapak tiga anak itu. “Saya pengen mereka jadi hafiz, karena kan satu orang saja bisa jadi hafiz, akan ada 10 tiket ke surga buat orang yang disayangi. Berdasarkan itulah, dengan wakaf ini, saya juga pengen anak saya jadi hafiz gitu,” tuturnya.
Pilih Pahala Tiada Batas
Pria asli Bandung itu menegaskan, umur setiap orang, termasuk dirinya tidak ada yang pernah tahu. Ajal datang tidak mengenal waktu dan usia. Dia menyadari argo dosa dan pahala terus berjalan sejak dirinya berusia balig. Yang bisa dilakukan hanyalah memperbanyak amal sebagai persiapan. Salah satunya dengan berbagi rezeki yang telah dianugerahkan oleh Allah.
Dia yakin bahwa dengan berbagi hartanya tidak akan pernah habis. Justru sebaliknya, ketika seseorang berbagi, terutama kepada orang tua, maka keberkahan hidup bisa dirasakan. “InsyaAllah tidak akan susah kita hidup di dunia, apalagi nanti di akhirat,” ujarnya.
Wakaf menjadi pilihannya untuk berbagi. Alasannya, Dia menjelaskan, wakaf berbeda dengan sedekah lainnya yang hanya sekali langsung habis. Pahala yang mengalirpun hanya sekali saja, ketika akad sedekah diniatkan. Sebaliknya, dia mengatakan, wakaf merupakan sedekah jariyah yang pahalanya terus mengalir.
“Wakaf sistemnya, InsyaAllah ngalir terus kan. Bisa dengan ngasih sedekah yang hanya sekali aja untuk memenuhi rasa lapar, tapi cukup hari itu aja kan memenuhinya. Kalau wakaf kan ngalir terus-terus sampai akhirat nanti, InsyaAllah,” ucapnya mantap.
Dia tidak menyangkal, ada pertentangan dalam diri ketika memutuskan berwakaf. Kecintaan kepada harta yang dirasa telah didapat dari hasil jerih payah terus terngiang. Pikiran itu berusaha mematahkan niat untuk memberikannya dengan penuh kerelaan di jalan Allah.
Namun, sekali lagi, dia menegaskan, ketika meninggal dunia, semua harta yang dititipkanya tidak akan dibawa. Hanya amalan yang diperhitungkan kelak di akhirat. “Kita kan tidak tahu amal mana yang diterima, wakaf ini, salat kita, puasa kita, kita kan gak tahu. Pokoknya sebanyak mungkin lah beramal. Saya gak tahu apakah wakaf ini layak, saya serahkan ke Allah. Wallahu a’lam bishawab,” tandasnya.
Dia pun mengajak, siapa saja untuk berbagi, terutama wakaf. “Saya menghimbau untuk rekan-rekan semua, saudara-saudara semua, saudara muslim kalau ada keleluasaan rezeki. Ingatlah rezeki itu tidak punya kita semua, tapi sebagian punya orang lain yang memerlukan,” tuturnya mantap.