Ummu Banin, Si Penderma
Alkisah, pada suatu hari Ummu Banin binti Abdul Aziz saudari Umar Bin Aziz ra, mengundang para wanita jelata ke rumahnya. Lalu, ia membagikan pakaian mewah dan memberi mereka ribuan dinar sambil berkata ”Pakaian ini menjadi milik kalian dan dinar-dinar ini bagikanlah pada para fakir miskin di antara kalian.”
Karena sangat ingin bersedekah, Ummu Banin pun meletakkan uangnya di tempat orang-orang fakir dengan disertainya tulisan”Aku sama sekali tidak akan iri pada seseorang kecuali pada orang yang mempunyai kebaikan. Karena itu saya sangat ingin untuk berbuat bersamanya dalam hal itu.”
Itulah Ummu Banin, seeorang penderma yang sama sekali tidak takut hartanya berkurang. Telah menjadikan berbagi kepada sesama sebagai nafsu hidupnya “Demi Allah, pelipur lara lebih aku cintai daripada makanan lezat di saat lapar dan minuman dingin di saat kehausan.”
Bagaimana dengan kita wahai muslimah? Ummu Banin satu di antara sekian muslimah yang telah membuka tabir betapa pentingnya kita berbagi. Seperti yang dicontohkan ummu mukminin, Aisyah, yang rela memberikan pakaian terbaiknya untuk orang lain, sementara dia sendiri memakai pakaian yang penuh dengan tambalan. Juga Fatimah, yang rela memberikan makanan yang akan disantapnya untuk orang lain, sementara dia dan anaknya dalam keadaan lapar.
Dalam bukunya Mensucikan Jiwa, Said Hawwa, mengungkapkan dua penyebab manusia terjerumus pada kebakhilan. Pertama, panjang angan-angan. Kedua, kecintaan pada harta.
Jika kebakhilan ini dibiarkan, maka akan mati lah hati kita. Tidak ada kepekaan dalam jiwa. Maka sangat lah mungkin orang menjauhinya.
Sebelum hati kita mati, sangatlah tepat jika kita mengobatinya segera. Pertama, obati panjang angan-angan dengan banyak mengingat kematian. Sadari bahwa kita akan mati bisa jadi tahun depan, bulan depan, minggu sekarang, bahkan bisa jadi detik ini. Sangat mudah bagi Allah untuk mencabut kenikmatan yang ada dalam diri.
Kedua, obati kecintaan pada harta dengan memikirkan tujuan harta, kenapa diciptakan? Untuk apa dia digunakan?
Jelas, harta diciptakan hanya sebagai sarana pelengkap hidup. Sarana untuk bisa mendekatkan diri kepada Allah sewaktu di dunia, dan sarana yang bisa menghantarkan pertemuan dengan-Nya di yaumil akhir. Dengan demikian jelas, harta tidak bisa dimiliki. Karena sifatnya hanya sekadar titipan saja. Seandainya sang Pemilik Harta mengambilnya kita tidak perlu kaget. Dibalik kepemilikan-Nya, Allah menganjurkan setiap hamba untuk tidak menahan titipan-Nya sebatas kebutuhannya sedangkan sisanya ditabung untuk bekal di akhirat kelak.
Dengan demikin, wahai muslimah, tidak ada alasan bagi kita untuk kikir terhadap harta. Saat nya kita mengikuti jejak Ummu Banin, dan Ummu-ummu lainnya. Wallahu a’lam bishsawwab. (Afifah Syahidah)