Trump Sebut Akan Batalkan Gencatan Senjata Hamas-Israel
DAARUTTAUHIID.ORG | WASHINGTON — Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam pihak Hamas dan Israel dengan pembatalan perjanjian gencatan senjata antara keduanya. Hal itu akan terjadi bila semua sandera tidak segera dibebaskan hingga batas waktu terakhir pada Sabtu (15/2/2025).
“Neraka akan terjadi jika para sandera tidak dipulangkan dari Gaza,” kata Trump dalam pertemuan panjang dengan para wartawan di Ruang Oval Gedung Putih, seraya menambahkan, “Saya mungkin akan berbicara dengan Netanyahu tentang penetapan hari Sabtu sebagai batas waktu pembebasan para tahanan.”
Terkait seruannya untuk mendeportasi warga Palestina dari Jalur Gaza, Presiden AS menyatakan keyakinannya bahwa “Yordania akan menerima pengungsi Palestina,” dan mengancam akan menghentikan bantuan AS kepada Yordania dan Mesir “jika mereka tidak menerima pengungsi.”
Dalam konteks terkait, juru bicara militer Brigade Qassam, Abu Obeida, mengumumkan pada Senin malam bahwa penyerahan tahanan Israel, yang dijadwalkan akan dibebaskan Sabtu depan, telah ditunda “sampai pemberitahuan lebih lanjut.”
Juru bicara Brigade Izzuddin al Qassam menempatkan “keputusan pimpinan perlawanan” dalam kerangka menanggapi pelanggaran pendudukan dan “kegagalannya untuk mematuhi ketentuan perjanjian; menunda pemulangan para pengungsi ke Jalur Gaza utara, menargetkan mereka dengan penembakan dan tembakan di berbagai wilayah di Jalur Gaza, dan tidak mengizinkan masuknya pasokan bantuan dalam segala bentuknya sesuai dengan apa yang disepakati, sementara perlawanan melaksanakan semua kewajibannya.”
Hamas kembali menegaskan komitmennya terhadap perjanjian gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan dengan Israel pada Selasa (11/2), sambil menuduh Tel Aviv gagal memenuhi kewajibannya dan bertanggung jawab atas setiap kendala atau keterlambatan yang terjadi.
Dalam pernyataan yang dipublikasikan di Telegram, Hamas juga menolak pernyataan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengusulkan pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza dengan dalih rekonstruksi.
Hamas menyebut pernyataan tersebut sebagai tindakan “rasis” dan “undangan untuk pembersihan etnis” yang bertujuan menghapus perjuangan Palestina.
Sejak 25 Januari, Trump berulang kali mengusulkan agar warga Palestina di Gaza direlokasi ke negara-negara Arab di kawasan, seperti Mesir dan Yordania. Namun, gagasan ini telah ditolak baik oleh negara-negara Arab maupun para pemimpin Palestina.**
Redaktur: Wahid Ikhwan
Sumber: Republika