Tiga Semangat Membangun Umat
Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin. Segala puji hanya milik Allah. Semoga Allah Yang Maha Pengasih, melimpahkan hidayah-Nya kepada kita sehingga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang istiqamah di jalan-Nya dan meraih husnul khatimah. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad saw. Penutup para nabi dan rasul, penyempurna risalah kenabian, suri teladan bagi seluruh alam. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapat syafaat beliau di akhirat kelak.
Allah SWT mengutus Nabi Muhammad saw sebagai penyempurna risalah Islam. Kehadiran Nabi Muhammad di tengah kejahiliyahan umat manusia kemudian melahirkan segolongan kecil manusia yang mengenal Allah dan meyakini-Nya sebagi satu-satunya Dzat yang wajib disembah. Golongan kecil ini perlahan namun pasti, bahkan dalam waktu yang relatif singkat menjelma menjadi kelompok besar yang sangat disegani kelompok lainnya.
Disegani bukan hanya karena kesolidan dan kekuatannya, namun juga karena keluhuran budi pekerti dan akhlaknya. Inilah umat Islam itu. Umat yang disanjung oleh Allah sebagai umat terbaik.
Allah berfirman, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 110)
Demikian juga Rasulullah menyanjung umat ini melalui sabdanya, “Kalian sebanding dengan tujuhpuluh umat dan kalian adalah sebaik-baik dan semulia-mulia umat bagi Allah.” (HR. Tirmidzi)
Sanjungan yang demikian tinggi ini memang sangat pantas diberikan kepada umat Nabi Muhammad. Karena kehadiran umat ini telah menjadi penerang bagi seluruh alam, yang mengajarkan mana yang benar dan yang salah, mana yang baik dan yang buruk, mana ibadah mana maksiat, mana sumber pahala mana sumber dosa.
Umat Islam-lah yang menjadi rujukan pertama tentang hidup bermasyarakat, mengajarkan toleransi, hingga dasar-dasar kehidupan bernegara. Di masa-masa berikutnya, ketika bangsa Eropa diselimuti kegelapan dan kebodohan, mereka berbondong-bondong berguru pada para ilmuwan muslim. Masya Allah!
Akan tetapi, itu semua berlangsung di masa lalu. Bagaimana umat Islam saat ini? Seolah bertolak belakang dengan sejarah keemasannya. Saat ini umat Islam seperti terseok-seok dalam ketertinggalan zaman. Sebagian besar dari umat ini hidup di negara-negara yang masih dilanda kemiskinan dan kebodohan. Yang lebih menyedihkan lagi, tidak jarang umat ini lebih sibuk bertengkar dengan saudara sendiri ketimbang bekerja sama membangun keadaan yang lebih baik. Bahkan tidak jarang umat ini tidak bisa saling menolong manakala saudaranya menderita.
Rasulullah saw dalam salah satu hadisnya menerangkan kelak umat Islam, kita ini, akan banyak jumlahnya tapi tiada berdaya. Umat ini akan diperebutkan oleh umat-umat lain, sehingga bagaikan para pemangsa yang berebut sebuah hidangan makanan. Pada masa itu, umat Islam banyak jumlahnya namun bagai buih di lautan, terombang-ambing tanpa arah.
Apa yang dipesankan oleh baginda Rasulullah tampaknya terlihat tanda-tandanya pada masa kita saat ini. Namun, tentu kita tidak ingin terus-menerus begini, tenggelam dalam ketertinggalan dan perpecahan. Tentu harus ada ikhtiar yang perlu kita lakukan agar kehormatan umat ini kembali tegak dan gemilang seperti dahulu. Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, sehingga umat Islam harus kembali tampil mengambil peran sebagai penebar rahmat.
Untuk itu, kita perlu menggelorakan kembali beberapa spirit atau semangat dalam membangun kembali kemajuan umat Islam. Apa saja semangat tersebut? Kiranya ada tiga semangat yang diperlukan untuk membangun umat, yaitu semangat bersaudara, semangat solusi, dan semangat sukses bersama. Semoga tiga semangat ini bisa menjadi energi kita dalam berikhtiar menegakkan izuul Islam wal muslimin. Aamiin. (KH. Abdullah Gymnastiar)