Teknologi Informasi dan Komunikasi Untuk Pendidikan Anak Usia Dini (Part.3) Habis
Prinsip prinsip yang harus diperhatikan dalam pemanfaatan TIK/ICT dalam PAUD
Brooker (2003) telah mengusulkan agar ECE memimpin penggunaan teknologi digital dalam mendukung pengalaman belajar positif untuk anak-anak, namdiperlukan prosedur langkah-demi-langkah terstandardisasi untuk mengintegrasikan teknologi baru kini teknologi digital telah banyak diadopsi pada masa kanak-kanak.Namun, pendidik anak usia dini lainnya masih enggan menyuarakan manfaat temuan tersebut (Choi et al., 2017; Mendelsohn et al., 2008). Dalam Jurnal Literasi Anak Usia judul kompetensi dan keterampilan sosial dalam pendidikan anak usia dini melalui Literasi Media Baru yang sesuai dengan perkembangan dan mendukung budaya menyebutkan bahwa: Anak kecil mengeksplorasi dunia mereka melalui manipulatif, bermain dengan ‘teknologi’ Kami mendefinisikan sebagai penggunaan media ( Dini Mal Er, 2012). Dan Departemen Pendidikan, Ketenagakerjaan dan Hubungan Tempat Kerja (DEEWR), 2009 telah berhasil menggabungkan berbagai filosofi dengan menyatakan lima prinsip teoretisnya:
(1) aman, dalam penggunaan
(2) kemitraan, adanya interaksi
(3) harapan dan ekuitas yang tinggi;
(4) hormat untuk keragaman; dan
(5) pembelajaran berkelanjutan
Peran strategis Teknologi Informasi dan Komunikasi/ICT dalam memperkuat pengalaman yang bersifat hands on experience untuk Anak Usia Dini.
Dalam Jurnal Literasi Anak Usia judul kompetensi dan keterampilan sosial dalam pendidikan anak usia dini melalui Literasi Media Baru yang sesuai dengan perkembangan dan mendukung budaya menyebutkan bahwa: Anak kecil mengeksplorasi dunia mereka melalui manipulatif, bermain dengan ‘teknologi’ Didefiniskan sebagai penggunaan media, mengisolasinya dari pengalaman bermain yang berarti.
Strategi pengajaran dalam hal ini, adalah yang menghubungkan desain apa yang harus dilakukan dan langsung pembelajaran. Bagaimana mereka mengatur kelas sehingga setiap murid akan memiliki kesempatan untuk menggunakan papan tulis interaktif untuk mewarnai dan beri nama siswa potret diri menggambar sebelumnya . Bagaimana para guru menggunakan kegiatan yang mereka lakukan murid dan TIK untuk memenuhi target tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya di setiap proyek pendidikan sekolah. Pengetahuan ini dikemukakan oleh Koehler dan Mishra ( 2009) pakar peneliti anak, sebagai konstruksi yang sangat berguna untuk menjelaskan perencanaan dan mengajar dengan ICT sumber daya (PC dengan koneksi internet dan CD-Rom, sebagai juga papan tulis interaktif dalam ruang kelas yang nyata.
Lebih menarik lagi dalam sebuah referensi jurnal, berjudul “ lick on Miaow!’: how children of three and four years experience the nursery computer oleh LIZ BROOKER Institute of Education, University of London, yaitu adanya kegiatan belajar sebagai bentuk aktivitas bermain dari permainan digital yaitu aspek bahasa paling dominan selain menggunakan sarana komputer untuk mengakses aspek kognitif berupa pembelajaran matematika dan sains yang juga dapat dirasakan oleh mereka.
Penggunaan komputer oleh anak-anak dalam jurnal ini adalah bilingual dan sering ditemukan bahwa bentuk bahasa yang dapat diakses sedang dicontohkan dan didukung melalui isyarat visual dan animasi, dan ini sering diulang. Contoh pembelajaran bahasa, dan Praktek linguistik, sebagai tanggapan terhadap perangkat lunak, direkam secara teratur. Itu komputer sering memberikan fokus dan pengalaman bersama untuk anak-anak yang tidak mempunyai bahasa lisan yang sama, dan ini tidak diragukan lagi berkontribusi menuju perkembangan yang sangat positif, kolaboratif, dan bahasa lingkungan belajar multikultural yang diperkaya yang kami amati.
Hal lainnya yang paling penting, menemukan bahwa komputer itu menyediakan media yang sangat kuat untuk drama sosio-dramatis, mendorong anak-anak untuk ikut serta dalam kegiatan di luar dan di luar layar. Didalam komputer ada manipulasi simbol dan gambar pada layar komputer mewakili bentuk baru dari permainan simbolik, di mana anak-anak tampaknya memperlakukan layar gambar sebagai ‘konkret’ seperti yang mereka lakukan manipulasi dari setiap blok alternatif dan mainan kecil-dunia. Kami percaya ini memiliki implikasi yang signifikan. Seperti yang dikatakan Van Oers (1999), ketika anak-anak secara sadar merefleksikan hubungan antara tanda-tanda ‘pura-pura’ mereka dan Makna ‘nyata’, mereka terlibat dalam bentuk aktivitas semiotik yang menyediakan a prekursor berharga untuk kegiatan pembelajaran dan pengalaman yang terus baru. Inilah sebagai bagian resume bagaimana peran starategis Teknologi informasi dan komunikasi (ICT) berpengaruh terhadap hands on experience untuk Anak Usia Dini.
Oleh: Ade Karwati, S.IP