Tanya Jawab Soal Ghibah
Ghibah bisa menjadi seni menzalimi diri sendiri. Jika kita mengetahui aib dan keburukan orang maka diam dan tutup, boleh jadi orang yang punya salah kemudian tobat dan sudah selesai disisi Allah dan diampuni, terus kita ngobrolin dan cari-cari kesalahannya, padahal disisi Allah sudah berubah statusnya. Bukan berarti orang yang salah sekali kemudian salah selama-lamanya. Ada orang yang tobat malah melesat derajatnya dan Allah sangat menyukainya:
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْمَحِيْضِ ۗ قُلْ هُوَ اَذًىۙ فَاعْتَزِلُوا النِّسَاۤءَ فِى الْمَحِيْضِۙ وَلَا تَقْرَبُوْهُنَّ حَتّٰى يَطْهُرْنَ ۚ فَاِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوْهُنَّ مِنْ حَيْثُ اَمَرَكُمُ اللّٰهُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ
“Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri.“ (Al-Baqarah: 222).
Ada memang ghibah yang diperbolehkan, seperti Hindun yang menceritakan kekurangan suaminya Abu Sofyan kepada Rasullulah Shalallahu ‘alaihi wasallam yang tidak pernah memberi belanja untuk mencari solusi, seperti hakim penegak hukum untuk mencari kebenaran dan keadilan, membicarakan kezaliman seorang penguasa agar terhindar dari keburukan dan agar tidak lagi menjadi pemimpin, hal seperti itu diperbolehkan.
Apakah boleh tidak bersilaturrahim untuk menghindari ghibah?
Yang tetap itu silaturrahimnya dan menghindari ghibahnya, jangan karena gak mau ghibah gak mau silaturahim, datang sewaktu-waktu mengirim makanan, kalau ada ghibah dan kita punya keberanian untuk mengingatkan dan mencegahnya maka itu lebih baik. “Jangan ngobrolin ini, ini bisa jadi dosa” karena menolong orang lain juga.
Bagaimana kalau kita yang menjadi bahan ghibah?
Maka yang kita lakukan adalah evaluasi diri, banyak taubat kepada Allah. Selain itu juga berperilakulah yang membuat orang lain tidak berburuk sangka, jika ada orang berghibah kepada kita maka kita bertafakur memperbaiki diri, kalau orang lain yang ngaco, kenapa kita yang taubat? Ya gak apa-apa itu tidak akan merugikan kita. Pokoknya rumusnya PDLT “perbaiki diri dan lakukan terbaik”.
Untuk meminimalisir perbuatan ghibah berkumpulah dengan orang-orang yang dapat membawa kita menjadi diri yang lebih baik dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah. Setiap kali terbesit melakukan dosa, misalnya ghibah, hendaknya kita segera mengingat bahwa semua amal perbuatan akan dicatat oleh malaikat dan dibalas di akhirat kelak. Wallahu a’lam bishowab.
(KH. Abdullah Gymnastiar)