Tak Perlu Permisi pada Batu atau Pohon
Saudaraku, mungkin kita pernah mendengar istilah batu atau pohon keramat, angker, dan ada penunggunya. Kalau pernah, bagaimanakah sikap kita ketika, misalnya, melewati jalan di dekat batu atau pohon itu? Apakah akan melewatinya sambil mengucap “Permisi eyang”, dan semacamnya? Atau mungkin sengaja mendatangi dan berharap pada batu atau pohon tersebut agar masa depan menjadi lebih baik?
Mungkin kita juga pernah mendengar tentang dukun yang hebat, sakti dan ampuh. Maka pernahkah kita merasa takut terhadap ancaman kesaktian dukun tersebut? Atau mungkin malah sengaja berurusan dengan dukun itu untuk sebuah keperluan.
Harus diakui, di tengah masyarakat kita masih ada sebagian orang yang mencemari ketauhidannya dengan batu, pohon dan dukun. Dari yang takut sial dan dicelakai sampai yang berharap rezeki, jodoh, pangkat, jabatan, dan sebagainya. Batu, pohon atau dukun yang dijadikan tumpuan.
Dari Abu Hurairah ra Nabi saw bersabda, “Siapa yang mendatangi dukun atau sejenisnya lalu ia memercayai apa yang dikatakan dukun itu, maka sungguh ia telah mengingkari apa yang dibawa Muhammad.” (HR. Ahmad dan Hakim).
Dengan begitu, cuma ada dua jenis dukun yang boleh dikunjungi. Yaitu dukun urut dan dukun beranak yang sudah mendapat sertifikasi bidan. Tapi kalau terhadap pohon, mengucap permisi itu masih kurang, karena kita harus terlebih dulu meminta izin langsung pada pemilik kebun bila ingin memetik buah, daun atau rantingnya. Seperti itu juga pada batu.
Memang, meskipun sekarang zaman sudah berteknologi canggih, tapi bukan berarti batu, pohon dan dukun itu menghilang. Fenomenanya tetap ada, dan bahkan bisa dibilang turut mengikuti kemajuan zaman. Contohnya pohon atau batu yang dipagari dengan besi dan semen yang kokoh berkualitas. Juga dukun yang membuka layanan SMS atau lewat internet.
Tetapi dengan kecanggihan teknologi dan zaman yang serba rasional, juga jangan membuat kita mengingkari hal-hal yang tak terlihat. Bisa jadi pada batu atau pohon yang dikeramatkan itu memang ada jin atau setan penunggunya. Dan bisa jadi dukun yang dianggap sakti itu memang memiliki kemampuan sihir. Namun bukan berarti pula kita boleh berharap dan takut kepadanya. Takut dan harap kita cukup kepada Allah SWT semata.
Batu dan pohon yang diangkerkan, dukun yang dianggap sakti, setan atau jin, termasuk kita sendiri dan seluruh makhluk adalah ciptaan Allah. Kenapa sihir itu ada, misalnya? Dalam al-Quran surah al-Baqarah [2] ayat 102, disebutkan bahwa ia merupakan cobaan bagi manusia
Dan wajib diingat, sekali pun seluruh keangkeran dan kesaktian itu bergabung menyatukan kekuatan dan kehebatannya, tetap tidak akan pernah bisa mengancam dan menyentuh maupun mengubah masa depan kita sedikit pun. Kecuali dengan izin Allah SWT.
“…Mereka (ahli sihir) tidak akan dapat mencelakakan seorang pun dengan sihirnya kecuali atas izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barang siapa yang menggunakan sihir itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sungguh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka mengetahui.” (QS. al-Baqarah [2]: 102).
Tidak ada kekuatan, daya dan upaya selain dari-Nya. Allah yang menciptakan, memiliki, dan menguasai seluruh makhluk. Tidak ada tempat bergantung dan berharap maupun yang perlu ditakuti kecuali Dia. Urusan rezeki, jodoh, masa depan, hingga terhadap ancaman maupun keburukan lainnya, serahkan sepenuhnya kepada Allah SWT.
Jadi, kalau misalkan saudara melewati sebuah tempat, batu atau pohon yang dikeramatkan orang, tidak perlu mengucap permisi. Tetapi cukup dengan mengingat Allah atau berzikir. Begitu pula terhadap ancaman sihir ataupun jin dan setan. Mohonlah kepada-Nya supaya dihindarkan, misalnya sambil membaca surah al-Mu’awwidzatain, yaitu surah al-Falaq dan an-Nâs.
Permohonan atau doa kita itu, ibarat senjata yang akan semakin hebat kalau kita sendiri yang memegangnya juga kuat, rajin dan tekun berlatih. Kita semakin tidak tersentuh, apabila kita semakin sungguh-sungguh berharap, takut, dan sepenuh hati yakin hanya kepada Allah SWT.
Oleh sebab itu, mari kita luruskan keyakinan, pandangan dan setiap langkah kita di dunia ini dari segala hal yang mencemari. Sehingga seluruh urusan kita hanyalah kepada Allah Yang Mahaperkasa, Mahapemelihara, lagi Mahamelindungi. (KH Abdullah Gymnastiar)
Sumber Foto : asysyariah.com