Tabligh dan Fathanah
Seorang pemimpin terbaik penting memiliki kecerdasan karena jabatan kepemimpinan bukanlah posisi yang empuk dan nyaman. Kecerdasan itulah yang dimaksud fathanah. Kepemimpinan sesungguhnya posisi yang mana seseorang akan berhadapan dengan banyak sekali permasalahan. Oleh karena itulah seorang pemimpin penting memiliki kecerdasan.
Rasulullah saw adalah figur pemimpin terbaik yang menjadi rujukan seluruh manusia. Dan salah satu karakter dari kepemimpinannya adalah beliau memiliki kecerdasan mumpuni. Untuk bisa menyerap 30 juz al-Quran kemudian menerangkannya melalui ribuan hadis, tentu ini hanya bisa dilakukan oleh seseorang dengan kecerdasan yang luar biasa.
Kecerdasan seseorang bisa diukur salah satunya adalah dengan pengalaman dan prestasi akademisnya. Karena di lingkungan akademiklah kemampuan akal seseorang terasah dan terukur. Kemudian cara lain untuk mengetahui kecerdasan seseorang dengan melihat karya-karyanya.
Ada keterkaitan erat antara kecerdasan seseorang dengan kedekatannya kepada Allah Ta’ala. Cerdas saja namun jauh dari Allah maka ia akan tersesat dan cenderung menggunakan kecerdasannya untuk urusan yang batil. Inilah yang terjadi pada orang-orang yang bekerja sama mencuri uang negara. Sedangkan orang yang cerdas dan dekat dengan Allah maka akan lurus jalannya dan selamat setiap langkahnya. Ketika kecerdasannya berbuah manfaat dan berkah bagi baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain dan lingkungannya.
Tabligh merupakan karakter yang penting dimiliki oleh seorang pemimpin terbaik yang dicontohkan oleh para nabi dan rasul. Mengapa pemimpin yang baik perlu memiliki kemampuan untuk menyampaikan dan berkomunikasi? Karena seorang pemimpin memiliki tanggung jawab terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin harus menyampaikan hal-hal yang benar dan baik kepada warganya. Informasi-informasi penting dan bisa berdampak baik bagi orang lain perlu disampaikan.
Seorang pemimpin harus menjadi sosok terdepan dalam budaya saling menyampaikan kebenaran dan kebaikan. Tersebarnya informasi-informasi yang keliru bisa menimbulkan kehidupan yang gamang dari rasa aman dan nyaman. Kehidupan masyarakat menjadi penuh ketidakpastian manakala tersebarnya informasi yang tidak benar.
Seorang pemimpin juga harus menjadi yang terdepan dalam amar ma’ruf dan nahi munkar. Sampaikan yang hak ialah yang hak, dan yang batil adalah yang batil. Karena pemimpin akan dilihat oleh orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin adalah imam dan teladan bagi yang dipimpinnya. Allah Ta’ala berfirman:
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ ﴿آل عمران : ۱۱۰
Artinya: “Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 110).
Kegiatan saling mengajak kepada kebaikan dan saling mengajak untuk menjauhi keburukan adalah ciri dari umat terbaik; ciri dari kelompok manusia yang berperadaban maju. Dan seorang pemimpin mesti menjadi sosok terdepan yang mengajak orang-orang untuk dekat dengan Allah Ta’ala. Apa jadinya jika seorang pemimpin ragu-ragu menyuarakan kebenaran? Apa jadinya jika seorang pemimpin tidak punya pendirian untuk berpihak pada kebenaran. Tentu umat yang dipimpinnya akan mudah terombang-ambing bahkan terpecah-belah. (KH. Abdullah Gymnastiar)