Sukses karena Terbiasa Tertib
Islam sangat erat dengan nilai-nilai ketertiban atau kedisiplinan. Setiap urusan dikerjakan berdasarkan tahap demi tahap secara sempurna hingga selesai dengan baik dan benar sesuai aturan yang ada.
Salat misalnya, di antara rukun salat adalah menunaikannya secara tertib. Tidak bisa setelah takbiratul ihram langsung sujud, harus ruku’ terlebih dahulu. Tidak bisa pula salat subuh yang semestinya dua rakaat dilaksanakan tiga rakaat. Semua ada aturannya dan ada tata caranya yang sudah digariskan.
Demikian pula saat salat berjamaah. Islam memiliki aturan, misalnya harus ada satu imam. Kemudian makmum tidak boleh mendahului imam. Shaf harus lurus dan rapat. Jika imam terlupa atau keliru maka ada mekanisme bagaimana cara makmum mengingatkannya.
Begitu pula waktu waktu pelaksanaannya, tidak bisa kita semena-mena memilih waktu sekehendak hati. Salat subuh ada waktunya. Demikian pula zuhur, ashar, maghrib, dan isya.
Islam sangat identik dengan ketertiban. Oleh sebab itulah Islam tidak hanya mengurusi masalah praktik ibadah semata, melainkan juga mengatur setiap sendi kehidupan manusia. Islam adalah way of life, agama yang menyeluruh di setiap urusan manusia sekecil apa pun. Bahkan hingga keluar masuk kamar mandi pun, Islam punya aturannya.
Inilah sebab seorang muslim memiliki ciri tertib dalam setiap pekerjaannya. Ia mengerjakan sesuatu dengan efektif dan tidak sporadis. Karena tidak sedikit orang yang ingin segera menyelesaikan pekerjaannya, kemudian dilakukan secara tergesa-gesa sehingga mengenyampingkan tahapan yang seharusnya. Akhirnya hasil yang dicapai pun tidak sesuai target, sehingga sia-sialah energi yang sudah dikeluarkan.
Jika kita bekerja dengan cara yang demikian maka tentulah jauh dari kesuksesan. Seorang profesional akan mudah kehilangan kliennya karena kapok atas hasil kerja yang memakan waktu dan tidak sesuai harapan. Seorang karyawan akan mudah kehilangan kepercayaan dari atasan, karena atasan kecewa atas target yang tercapai dan hasil kerja yang meleset dari rencana. Semua itu disebabkan tidak adanya ketertiban dalam pengerjaannya.
Padahal Nabi Muhammad saw tidak mengerjakan yang demikian, beliau justru bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai jika seorang dari kalian bekerja, maka ia itqan dalam pekerjaannya.” (HR. Baihaqi).
Bekerja secara itqan berarti bekerja secara tertib; sungguh-sungguh maksimal, tidak asal-asalan, hingga pekerjaan tersebut tuntas dengan baik dan benar.
Tertib perlu kita mulai sejak pekerjaan-pekerjaan yang tampak kecil di kehidupan kita sehari-hari. Baik sekali jika kita belajar kepada Negeri Sakura, Jepang. Meski di sana bukanlah negara yang penduduknya mayoritas muslim, namun kehidupan mereka sangat kental dengan budaya tertib. Mereka tertib dalam menjaga kebersihan, tertib dalam berkendara dan berlalu lintas, sehingga Jepang menjadi negara Asia yang sangat berpengaruh di pentas dunia.
Sebagai muslim tentulah semestinya kita sudah lebih dahulu dan lebih pantas dalam menjalankan budaya tertib dalam hidup kita. Tidak hanya dengan pekerjaan atau profesi kita, namun juga dari urusan sehari-hari. Jika bertemu dengan yang berantakan maka rapikan. Bertemu dengan yang basah dikeringkan. Bertemu dengan yang kotor maka bersihkan. Melihat yang miring maka luruskan, dan melihat yang berbahaya baik bagi kita maupun bagi orang lain maka amankan.
Sahabatku, sungguh indah kehidupan yang dijalani dengan tertib. Tidak akan ada gontok-gontokan di lampu merah karena setiap orang mengerti aturan. Tidak akan ada jalan yang tertutup banjir karena selokan berfungsi sebagaimana mestinya, bersih dari sampah yang dibuang sembarangan. Tidak akan ada jalan yang macet disebabkan parkir sembarangan. Setiap orang mendambakan kesuksesan, baik kesuksesan bagi dirinya sendiri, bagi keluarganya, atau pun bagi lingkungannya. Ketahuilah sahabat tiada kesuksesan jika tanpa ketertiban.
Sukses dan tertib bagaikan dua sisi mata uang yang saling menopang. Mari kita melatih diri kita untuk senantiasa tertib baik dalam ibadah atau tertib dalam bekerja. Niscaya kesuksesan akan menjadi milik orang-orang tertib. Insya Allah. (KH. Abdullah Gymnastiar)