Sukses Itu Sederhana
Ibarat membuat baju, jika sudah ada pola atau modelnya, maka lebih mudah digandakan. Yang sulit adalah mengarang polanya. Kurang lebih demikian dengan kita. Hidup itu sebetulnya lebih sederhana dan mudah. Karena umat Islam sudah punya figur, yang jika diteladani akan menguntungkan kita secara lahir, batin, akal, dunia dan akhirat, yaitu Rasulullah saw.
Jadi, kalau ingin sukses, kita tidak perlu rumit dan pusing. Tidak perlu mengadakan penelitian yang berbelit, mencari dan mengarang idola lagi, atau misalnya membeli buku teknik sukses menjadi presiden Amerika. Tetapi bagi kita cukup dengan mengetahui kunci sukses Rasulullah saw. Beliau adalah contoh nyata kesuksesan yang paling sukses. Untuk tahu kunci sukses Rasul, tentu kita harus mempelajari beliau.
Sebagaimana dalam riwayat Imam al-Hakim dan Imam Baihaqi disebutkan, ketika ada yang bertanya, “Ya Rasul, mengapa engkau diutus ke bumi?” Jawaban Rasulullah yang mulia amat ringkas, “Sesungguhnya aku diutus ke bumi hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.”
Kalau kita simak hadis-hadis tentang akhlakul kharimah, timbangan terberat di akhirat nanti adalah timbangan akhlak. Saat kita dibangkitkan nanti di Yaumul Akhir, orang yang paling dicintai dan paling dekat dengan Rasulullah adalah orang yang paling mulia akhlaknya. Yang paling tinggi imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Jadi, kunci sukses kita sederhana saja, yaitu akhlakul kharimah.
Lalu, bagaimana agar bisa berakhlak baik? Jawabannya ikuti saja Rasulullah saw. Beliau bersabda, “Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka seluruh tubuh juga baik. Jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati.” Akhlak yang baik itu bersumber dari hati yang baik. sehingga kita pun harus giat mempelajari ilmu tentang hati (qalbu).
Seperti, hati itu terbagi menjadi tiga jenis. Satu, hati yang mati (qalbun mayyit), yaitu yang sudah tidak bisa ditanya lagi tentang baik dan buruk layaknya orang mati. Dua, hati yang berpenyakit (qalbun maridh), atau hati yang tidak bisa mengambil keputusan yang baik. Hati yang tidak sehat ini bisa ditanya tentang baik dan buruk, tapi jawabannya belum tentu benar. Tiga, yang paling top adalah hati yang bersih dan selamat (qalbun salim).
Jika ciri hati berpenyakit adalah tidak mau mengaku atau tidak jujur bila hatinya masih berpenyakit, maka bagaimana ciri dari qalbun salim? Qalbun salim itu tergantung pada zikrullahi ta’ala. Bila semakin jarang berzikir kepada Allah, semakin tidak sehat hati kita. Tapi bila semakin rapat zikir kita kepada Allah, hati pun semakin bersih. Sebagaimana Rasulullah yang setiap saat beliau berzikir kepada Allah SWT. Kebeningan hati sebanding dengan tingkat ingat kepada-Nya.
Saudaraku. Jadi, kunci sukses Rasulullah adalah akhlakul kharimah. Akhlak yang baik bersumber dari hati yang bersih. Hati yang bersih tergantung pada zikir kepada Allah SWT. Demikianlah Rasulullah yang mulia. Kesuksesan harus kita bangun dengan memperkuat zikir kepada Allah. Tidak ada ceritanya akhlakul kharimah bagi orang yang kurang zikir.
Sekali lagi, sukses itu akhlakul kharimah. Sederhana, tapi makin banyak yang kurang mau serius mengupayakannya. Sebagian malah sibuk memusingkan diri siang dan malam dengan berbagai tips dan teknik yang tidak jelas. Oleh sebab itu, mari masing-masing kita bertafakur. Benarkah kita menginginkan sukses yang benar-benar sukses? Yaitu kesuksesan yang telah diteladankan Rasulullah saw. [KH. Abdullah Gymnastiar]