Jadikan Diri Kita Sebagai Solusi
Jadikan Diri Kita Sebagai Solusi
Sukses adalah bagaimana kita menjadi agen perubahan. Nabi Ibrahim AS memulai syariat qurban, dan dari setiap orang yang berqurban, Nabi Ibrahim AS mendapatkan pahalanya. Begitu pula Abu Bakar RA memulai dakwah hingga tersebar, dan tiap orang yang menyebarkan dakwah dari Abu Bakar, Abu Bakar RA akan panen pahalanya. Hidup akan jadi beruntung kalau kita jadi jalan perubahan.
Namun jangan mengatakan, “saya yang merubah” tapi katakan, “semoga saya jadi jalan perubahan.” Hati-hati kalau ngobrol jangan banyak “saya-saya”, itu ujub. Takutnya bukan menuhankan Allah, tapi pujian dan dirinya sendiri. Ini bertentangan dengan “iyyakana’budu”.
Mungkin bangsa kita sedang banyak masalah dan kita ingin bangsa kita berubah. Misalnya, masalah KPK. Kita sibuk ngomongin KPK begini-begitu tapi di rumah sendiri kita tidak dipercaya. Maka rumus kalau kita ingin bangsa berubah adalah ulur, tarik, yang terdekat dulu yang berubah. Atau bisa pakai rumus 3 M (Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal kecil, Mulai dari saat ini).
Kalau mau orang lain berubah, jangan tuntut orang lain untuk berubah. Tetapi tuntutlah diri sendiri yang berubah teelebih dahulu, baru yang lain. Karena yang bisa merubah orang lain hanyalah Allah Ta’ala. Kita tidak bisa membolak-balikkan hati siapapun. Yang bisa hanyalah Allah. Yang bisa kita lakukan adalah:
Merubah Diri Sendiri Sebelum Mengubah Orang Lain
Ingin orang lain disiplin, disiplinkan diri sendiri dulu. Adakan pada diri kita terlebih dahulu, tuntut pada diri kita, apa yang kita inginkan ada pada orang lain. Ingin anak ramah, kitanya sebagai orangtuanya sendiri yang harus ramah. Mendidik orang lain yang lebih utama itu menuntut diri sendiri. Ingin bangsa jujur, diri sendiri yang harus jujur dulu. Kelemahan kita adalah sibuk memikirkan orang lain. Komentar dia hanyalah menunjukkan kualitas dia. Ciri khas orang yang sulit berubah adalah sangat terdominasi dengan kesalahan orang lain. Orang yang sibuk menyalahkan orang lain, dia adalah sumber masalah.
Ada sebuah cerita pengalaman Aa. Suatu hari, ada seorang ibu yang minta waktu bicara dengan Aa. Ibu ini bercerita, “anak saya betul-betul di luar kendali saya.”
“Menurut ibu, apa penyebabnya?”,
“Suami saya tidak jadi contoh!”,
“Lalu apa lagi?”,
“Sekolahnya borju! Guru-gurunya ngajar tidak pakai hati!”,
“Lalu apa lagi?”,
“Temen-temennya pecinta grup korea! Meskipun di sekolah Islam, tapi tidak ada suasana Islami!”,
“Lalu apa lagi?”,
“Ini karena perkembangan zaman! Teknologi gadget sekarang menghancurkan!”
Nah jangan sampai kita sibuk menyalahkan orang lain, mencari pembenaran dengan mencari kelemahan orang lain. Harusnya kitalah yang menjadi solusi bukan malah menambah masalah dengan menyalah-nyalahkan orang lain. Semoga kita dimudahkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dan menjadi magnet kebaikan bagi sekitar. Aamiin Yaa Rabbal’aalamiin.