Siswa SMA Adzkia Raih Medali Perak Madrasah Science Competition
Belajar Dari Rumah (BDR) tak menyurutkan semangat siswa SMA Adzkia Islamic School untuk mendulang prestasi. Setelah awal Februari lalu berhasil membawa pulang medali perunggu dalam Kompetisi Sains Indonesia (KSI) bidang Biologi, Aulia Nurrizqi kembali mengharumkan nama SMA Adzkia dengan meraih medali perak melalui Madrasah Science Competition (MSC).
Siswa kelas XI MIPA di sekolah binaan Yayasan Daarut Tauhiid (DT) ini pun mengaku senang dapat mempersembahkan prestasi untuk sekolahnya. “Alhamdulillah, bisa ikut mengharumkan nama sekolah, melalui dua kompetisi ini,” ujar Aula Nurrizqi, Senin (15/3).
Menurut Rizqi, ia dapat mengikuti perlombaan ini setelah mendapatkan informasi dari temannya dan aplikasi Instagram. Tak hanya memanfaatkan aplikasi media sosial yang begitu digandrungi remaja seusianya untuk sekadar eksis, Rizqi justru memanfaatkan media sosial untuk mencari info-info perlombaan yang dapat mengasah bakat dan kreativitasnya sebagai siswa.
Meski mengaku baru pertama kali mengikuti perlombaan seperti ini, Rizqi ternyata tak gentar dalam mencoba. Siswa kelahiran Garut ini juga mengungkapkan tak banyak kendala yang ia hadapi meski tak dapat belajar tatap muka secara langsung dengan guru di sekolah.
“Kalau kendala mengikuti perlombaan di masa BDR seperti ini saya rasa tidak ada, hanya masalah pada saya sendiri untuk me-manage waktu agar dapat belajar. Intinya harus pintar mengatur waktu,” tutur Rizqi.
Tak hanya optimis, Rizqi juga menyampaikan kepada teman-teman yang lain agar tidak menyia-nyiakan waktu jika memang luang. ”Menyikapi pandemi bukan berarti kita dapat pasrah saja diam di rumah, tetapi kita harus bisa menggunakan waktu yang ada untuk mengembangkan kemampuan diri agar dapat berprestasi di bidang masing-masing dan dapat bermanfaat,” pungkasnya.
Senada dengan apa yang diungkapkan Rizqi, Wakil Kepala SMA Adzkia bidang Kesiswaan Rina Nurutami juga mengakui, jika kegiatan pembinaan prestasi selama Program BDR berlangsung memang sedikit terkendala. Waktu yang terbatas, padatnya jadwal rutin harian serta minimalisir siswa dalam menggunakan gadget secara terus-menerus membuat kegiatan pembinaan prestasi yang biasa dilakukan menjadi tidak optimal.
“Selain itu, kendala seperti HP tidak support atau sinyal yang membuat komunikasi menjadi agak terganggu juga cukup menjadi tantangan tersendiri bagi kami, tim pengajar,” ujarnya.
Apa yang dilakukan oleh Rizqi, serta semangat dan optmisme yang diberikan Rizqi dalam mengikuti perlombaan meskipun secara daring dan minim bimbingan, dikatakan Rina sangat diapresiasi oleh sekolah.
“Semangat seperti ini harus terus ditumbuhkan, mengingat event-event perlombaan jarang ditemui selama BDR. Menjadi pemenang adalah sebuah bonus, namun semangat berkompetisi dan berprestasi itu yang lebih membanggakan,” ujarnya. (Nawang)