Sisi Lain dalam Bersepeda

Daarut Tauhiid (DT) bukan hanya dikenal dengan pendidikan khas berupa karakter BaKu (Baik dan Kuat), tapi juga punya metode pendidikan beragam. Yakni melalui berbagai komunitas yang dibentuk oleh DT atau sosok KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) sebagai pendirinya.

Komunitas Bike for Ibadah, misalnya. Aa Gym dan seluruh santri di lingkungan DT gemar menjadikan bersepeda sebagai olahraga rutin. Seiring waktu, komunitas ini pun semakin bergabung. Keanggotaannya tidak hanay dari kalangan santri DT, tapi juga jamaah atau masyarakat umum dapat turut bergabung. Menjadikan aktivitas bersepeda tidak sekadar untuk olharaga, tapi juga sebagai sarana ibadah.

Tujuan Bike for Ibadah

Bike for Ibadah memiliki tujuan utama untuk meningkatkan iman. Oleh karena itu, niat memiliki peranan penting dalam aktivitas gowes/bersepeda. Pertama, Bike for Ibadah diniatkan untuk zikir satu gowes satu zikir. Zikirnya bisa berupa istighfar, kalimat tayyibah atau hafalan Quran. Kedua, Bike for Ibadah diniatkan menyambung silaturahim, bukan pamer sepeda.

Ketiga, diniatkan untuk menambah ilmu, contohnya pergi ke majelis taklim menggunakan sepeda, tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan. Keempat, Bike for Ibadah bisa menjadi sarana berbagi doa bagi siapa pun. Ketika melihat pedagang, didoakan agar dagangannya laris. Saat melihat penyapu jalan, didoakan agar diberikan kesehatan lahir dan batin. Mendoakan siapa pun penting karena pada saat mendoakan orang lain, saat itulah malaikat pun mendokan hal yang sama kepada diri kita.

Jangan sampai bersepeda membuat kita lalai. Meninggalkan salat lima waktu atau meninggalkan kewajiban pada keluarga dengan alasan kelelahan bersepeda. Bersepeda jangan sampai menimbulkan penyakit hati seperti riya, ujub, sombong karena merasa sepedanya paling bagus, badannya paling sehat, dan paling berpengalaman. Sepeda hanyalah sarana, bukan tujuan. Ada pun tujuan bersepeda adalah untuk menjaga kesehatan, menambah iman serta menambah ilmu.

Beberapa alasan Bike for Ibadah dijadikan komunitas khas DT, yakni: Pertama, bersepeda adalah olahraga yang aman dipilih saat pandemi dibanding jenis olahraga lainnya. Mengapa? Karena bersepeda bisa dilakukan sendiri, bersama keluarga atau teman dengan menerapkan protokol kesehatan. Selain untuk menjaga kesehatan, bersepeda terbukti membantu menghilangkan kejenuhan. Kedua, sebagai entry point dakwah kepada para pesepeda lain di luar komunitas Bike for Ibadah. Hal ini dilakukan karena semakin banyaknya komunitas pesepeda di Indonesia.

Bike for Ibadah adalah sarana menyosialisasikan tata nilai DT. Dakwah harus tetap dilakukan meski saat pandemi. Tidak harus menunggu pandemi selesai, tentunya dengan metode yang disesuaikan. Bike for Ibadah menerapkan tata nilai DT, di antaranya mewajibkan para anggotanya memakai pakaian syar’i, menjaga adab di jalan, dan menjaga adab kepada orang yang lebih tua. (Eko)

ket: ilustrasi foto diambil saat sebelum pandemi