Seperti Apakah Rupa Buraq, Tunggangan Nabi Saat Peristiwa Isra’ dan Mi’raj?
DAARUTTAUHIID.ORG | BANDUNG — Pada peristiwa Isra’ merupakan peristiwa Nabi Muhammad melakukan perjalanan satu malam dari Mekkah ke Masjid Al Aqsa di Palestina.
Menurut logika, seperti yang Abu Jahal tunjukkan ketika mendengar kisah Isra’ Mi’raj dari Rasulullah, perjalanan sejauh itu tidak mungkin dilakukan semalam meskipun dengan kuda tercepat. Tapi akal manusia tidak akan sampai kepada ke-Maha kuasaan Allah Ta’ala, Yang memungkinkan perjalanan ini terjadi dengan kekuatan-Nya.
Rasulullah bersama malaikat Jibril menaiki hewan/makhluk ghaib bernama Buraq saat peristiwa Isra’. Apa itu Buraq? Kata buraq (الْبُرَاق) dalam bahasa Arab berasal dari kata barq (برق). Kata ini disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 20 dan dalam bahasa Indonesia memiliki arti “kilat”.
Dalam hadis dari Malik, Rasulullah bersabda, “Kemudian dibawakan kepadaku seekor hewan tunggangan putih, namanya Buraq. Lebih tinggi dari pada keledai dan lebih pendek dari bighal. Satu langkah kakinya di ujung pandangannya. Lalu aku dinaikkan diatasnya.” (HR. Ahmad 17835, Muslim 164, dan yang lainnya).
Jika dikaitkan dengan asal katanya, Buraq itu seperti kilatan petir yang terlihat hanya sepersekian detik. Begitu ia melihat suatu tempat, maka ia langsung sampai di tempat itu dengan sekejap. Kecepatannya yang secepat kilat inilah yang memungkinkan Rasulullah dan Jibril mencapai tujuannya dengan sangat cepat.
Bagaimana dengan rupa Buraq? Menurut hadits diatas, buraq adalah seekor hewan berwarna putih yang lebih tinggi dibanding keledai dan lebih pendek dari bighal, yaitu peranakan dari perkawinan kuda dan keledai. Penjelasan serupa ada pada hadits riwayat Bukhari:
“Dibawakan kepadaku hewan tunggangan berwarna putih, lebih pendek dari bighal dan lebih tinggi dari pada keledai. Yaitu buraq.” (HR. Bukhari 3207)
Dalam hadits lainnya dari Musnad Ahmad diterangkan bagaimana Buraq awalnya bertingkah liar dan enggan ditunganggi. Kemudian Jibril menjinakkannya agar bisa ditunganggi Rasulullah.
“Nabi Shallahu’alaihi wa Sallam diberi Buraq pada malam diisra’kan, Buraq itu telah berpelana dan bertali agar beliau menaikinya dengan mudah, tetapi masih juga kesulitan. Maka Jibril berkata, ‘Apa yang menyebabkanmu masih kesulitan? Demi Allah, tak ada yang memboncengkanmu yang lebih mulia disisi Allah ‘azza wajalla daripada buraq ini”. Maka (buraq itu) berjalan dengan pelan dan menunduk.” (HR. Ahmad 12211)
Kita tidak tahu pasti wujud Buraq yang sebenarnya, mengingat ia merupakan perkara gaib. Buraq adalah perkara keimanan yang harus diyakini kebenarannya sebagai salah satu bentuk kebesaran Allah. Wallahu a’lam bishowab.
Kontributor: Kemas
Redaktur: Wahid Ikhwan
________________________________________________________