Seni Menerima Kritik
Saudaraku dalam kehidupan sehari-hari tentu kita sering kali berinteraksi dengan orang lain. Tidak jarang ada orang lain mungkin teman, saudara atau keluarga yang memberikan kritik kepada kita. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini dan sesungguhnya kritik tersebut sampai kepada kita atas izin Allah Ta’ala.
Ada macam-macam bentuk kritik. Di antaranya, pertama; isi kritiknya benar dan cara menyampaikannya pun baik. Inilah kritik yang paling bagus dan membangun. Misalnya seseorang yang memberikan kritik kepada penceramah dengan cara datang baik-baik secara pribadi. Ia berkata, “Ustaz mohon maaf saya ingin menyampaikan sesuatu terkait ceramah tadi. Kalau yang saya rasakan ceramah tadi lebih banyak canda yang tidak perlu. Juga terasa lebih banyak unsur riya`nya. Mungkin penilaian ini salah tapi itulah yang saya rasakan. Mudah-mudahan menjadi bahan renungan demi kelancaran dakwah Islam.”
Kedua; isi kritiknya benar namun cara penyampaiannya tidak baik. Misalnya ada seseorang yang datang kepada seorang penceramah dan berkata, “Ustaz masa ceramahnya itu lagi itu lagi. Kalau nggak punya materi lainnya sudah jangan ceramah dulu. Bosan dong.”
Ketiga; isinya tidak benar namun cara penyampaiannya baik. Misalnya ada seorang yang datang kepada seorang penceramah dan berkata, “Mohon maaf ustaz kali saya kehilangan dompet. Saya lihat tadi ustaz pegang-pegang dompet. Saya tidak menuduh ustaz maling, tapi tolong berikan dompet itu kepada saya.”
Keempat; kritik yang isinya salah dan cara penyampaiannya pun tidak baik. Kurang lebih contohnya sama dengan jenis yang ketiga namun disampaikan dengan ucapan yang kasar.
Saudaraku, perlu kita pahami bahwa jenis apa pun di antara kritik yang datang kepada kita tidaklah berbahaya. Karena yang berbahaya adalah sikap kita dalam merespon kritik tersebut. Tidak sedikit orang yang anti kritik yaitu orang yang diberi kritik sedikit saja sudah langsung tersinggung dan marah. Padahal boleh jadi kritik tersebut benar adanya.
Jika saja seseorang bisa dan mau mendengar, menerima kritik bahkan terlepas dari benar atau tidak kritik tersebut maka akan banyak kesempatan baginya untuk memperbaiki diri. Karena kritik adalah cerminan diri kita.
Jika selama ini memandang diri kita dari sudut pandang diri sendiri, mungkin kita hanya menemukan yang baik-baiknya saja. Kurang peka menemukan kekurangan-kekurangan kita. Boleh jadi kita kurang ksatria untuk menerima bahwa kita ternyata punya kekurangan.
Kritik adalah pelengkap bagi kita untuk menilai diri. Dengan datangnya kritik maka kita bisa menemukan banyak hal dalam diri yang boleh jadi selama ini tidak mampu dilihat oleh diri kita sendiri. Kritik sebenarnya membantu dan memudahkan kita untuk menemukan berbagai kekurangan diri, sehingga kita bisa sesegera mungkin memperbaikinya.
Saudaraku, kita perlu memandang kritik sebagai bagian dari saling mengingatkan. Terutama saling mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran. Penting bagi kita untuk tetap berbaik sangka bahwa kritik yang datang itu bermaksud baik.
Penting pula bagi kita untuk tetap meyakini bahwa tidaklah semata-mata kritik datang melainkan pasti atas izin Allah Ta’ala. Sedangkan apa yang Allah kehendaki untuk terjadi pasti tidaklah sia-sia. Pasti ada hikmah di dalamnya.
Tidak perlu berburuk sangka kepada orang yang memberi kritik kepada kita. Sebaliknya kita patut berterima kasih kepadanya karena telah mengingatkan kita. Dan wajib kita bersyukur kepada Allah Ta’ala karena telah menakdirkan kritik itu datang kepada kita, yakni sebagai sarana mengevaluasi diri. (KH. Abdullah Gymnastiar)