Seni Berdakwah dengan Kasih Sayang
Ketika berada di Daarut Tauhiid (DT) dan mengikuti kajiannya, sering disampaikan tentang segumpal daging yang bernama hati. Riskan memang jika kita tidak bisa mengelola hati dengan benar. Tidak terkontrol dan jauh dari sikap yang dicintai Allah, itu merupakan suatu hal yang tidak bisa dilakukan. Apalagi pada saat pandemi, kemampuan mengendalikan hati merupakan suatu keharusan.
“Hati hanya bisa disentuh dengan hati”. Ini sebuah ungkapan familiar dari seorang ulama. Ungkapan ini menegaskan bahwa komunikasi sehebat apa pun, tanpa menggunakan hati tentu tidak akan maksimal. Begitu pun dengan dakwah. Tidak cukup mengandalkan materi bagus, komunikasi efektif, tapi juga dibutuhkan ketulusan hati, kelembutan, dan penuh kasih sayang dalam berdakwah.
Allah SWT berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali-Imran [3]: 159).
Syeikh Sa’dy dalam “Tafsir al-Karim al-Rahman” memberikan catatan penting dalam menafsirkan ayat tersebut. Beliau mengatakan akhlak mulia adalah bagian primer dalam agama. Sementara akhlak tercela membuat orang lari dan murka pada agama. Dengan menjalankan sikap lemah lembut, hati simpatik, dan akhlak mulia merupakan bagian ketaatan kita dalam menjalankan perintah Allah SWT dan meneladani Rasulullah saw.
Sejarah mencatat Nabi Muhammad menyampaikan pesan dakwah dengan hati penuh kasih sayang. Beliau menjalankan interaksi dengan luhur meski harus mendapatkan perlakuan kasar dari para objek dakwahnya. Contoh saat terjadi peristiwa di Thaif, beliau dilempari dengan batu oleh penduduk Tha’if hingga kakinya bersimbah darah.
Perbuatan mereka membuat Allah murka dan menawarkan kepada Nabi Muhammad bahwa Allah akan menghancurkan mereka dengan gunung. Namun akhlak mulia dan hati simpatiknya, Rasulullah justru berdoa, “Ya Allah, anugerahkanlah hidayah kepada kaumku; sesungguhnya mereka tidak tahu.” Kata-kata bersejarah ini menunjukkan betapa simpatiknya hati Rasulullah dalam berdakwah.
Jihad dalam Bingkai Kasih Sayang
Islam adalah agama rahmatan lil alamin. Islam mengajarkan kelembutan hati dan kasih sayang pada seluruh makhluk ciptaan Allah. Setelah dakwah dengan hati, penuh cinta kasih dan kelembutan sudah tidak efektif, justru Islam diserang, maka alternatif terakhir adalah mempertahankan diri dengan jihad.
Perlu dipahami, perang dalam Islam memiliki adab yang menggambarkan kasih sayang. Dalam peperangan, Islam melarang umatnya membunuh anak-anak, perempuan, orang tua renta, pemimpin agama, merusak tanaman, memutilasi, dan perbuatan keji lainnya.
Mengelola hati untuk tidak menjadi kotor merupakan usaha yang terus-menurus harus dilakukan. Karena bisa saja hati kita terjerumus ke dalam kedengkian dan iri. Suatu hal yang tidak bisa dilakukan dengan mudah, karena ini merupakan suatu hal yang terus-menurus diupayakan. Semoga kita bisa melakukannya dengan baik dan selalu menjadikan Allah sebagai sandaran dalam perbaiki diri. (Eko)
ket: ilustrasi foto diambil saat sebelum pandemi