Sengketa Gas Maritim, Israel Ancam Hancurkan Lebanon

BEIRUT – Pada hari Ahad (12/6/2022), Panglima Militer Israel Aviv Kochavi mengancam Lebanon dengan bom. Ini terjadi pada saat ketegangan meningkat antara negara-negara musuh atas sengketa gas maritim.

Kochavi menyampaikan, “Pesan saya kepada Lebanon adalah bahwa kami akan mengizinkan mereka meninggalkan rumah mereka segera, kami akan memperingatkan mereka untuk pergi,”, seraya mengingatkan bahwa dia memperkirakan perang di masa depan akan sangat besar.

Dia mengklaim bahwa tentara Israel telah mengunci ribuan target di Lebanon yang akan terdampak dalam setiap potensi perang antara kedua negara.

Israel dan Hizbullah Lebanon yang didukung Iran terakhir bertempur pada musim panas 2006, pertempuran 34 hari yang mengakibatkan Israel menghancurkan bandara, jalan dan jembatan, depot bahan bakar dan sebagian besar Beirut selatan dan Lebanon selatan.

Lebih dari 1.000 pejuang dan warga sipil tewas di Lebanon, sementara sekitar 120 orang tewas di Israel.

“Pesan utama kepada mereka (Lebanon) adalah bahwa kami menyarankan mereka untuk pergi sebelum kami melepaskan tembakan pertama di tempat-tempat yang tegang, pemboman itu akan belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Kochavi.

Israel sebelumnya mengatakan tidak akan terikat oleh perjanjian apa pun antara Iran dan kekuatan dunia dan akan mencegah Teheran mengembangkan bom nuklir—klaim yang dibantah oleh Republik Islam.

“Setiap target yang terkait dengan rudal dan roket akan menjadi sasaran dalam perang berikutnya. Sebuah rumah yang memiliki peluru di dalamnya atau di sebelahnya, seorang pejuang yang berurusan dengan roket, sebuah pusat komando, sebuah pembangkit listrik. Semua ini akan terkena selama perang,” lanjutnya.

Peringatan Kochavi datang beberapa jam sebelum utusan energi AS Amos Hochstein akan mengunjungi Lebanon pada hari Senin lalu untuk melanjutkan mediasi pembicaraan guna mengakhiri sengketa maritim.

Lebanon telah memperingatkan Israel terhadap “tindakan agresif” di perairan yang disengketakan di mana kedua negara ingin mengembangkan energi lepas pantai setelah sebuah kapal yang dioperasikan oleh Energean yang berbasis di London tiba di lepas pantai untuk memproduksi gas bagi Israel.

Israel mengklaim kapal itu ditempatkan di luar wilayah yang disengketakan.

Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan pekan lalu bahwa gerakan militannya “tidak takut berperang dengan Israel” dan bahwa Hizbullah dapat mencegah Israel mengekstraksi gas alam dari perairan di perairan yang disengketakan. (Wahid)

Red: WIN

_________________________

daaruttauhiid.org