Semangat Sukses Bersama

Kesuksesan sejati adalah ketika kita bisa mengajak orang lain sukses. Seorang guru yang sukses ketika ia bisa membawa murid-muridnya kepada kesuksesan dalam belajar. Seorang pejabat yang sukses ketika ia membawa bawahan-bawahannya menggapai karir yang lebih tinggi, dan lebih manfaat dengan kejujuran. Seorang pengusaha yang sukses adalah pengusaha yang bisa menginspirasi dan mencetak karyawannya menjadi mandiri dan berdikari. Orangtua yang sukses adalah orangtua yang bisa mencetak anak-anaknya menjadi orang-orang yang bertakwa kepada Allah dan berbakti.

Saudaraku, tidak ada manusia yang bisa hidup sendirian. Kita bisa berpakaian, menutupi aurat, dan membaguskan penampilan karena keterlibatan banyak orang. Mulai dari petani kapas, pengrajin tenun, pedagang, hingga penjahit. Makanan yang kita nikmati, membuat energi kita terpenuhi untuk beraktifitas adalah buah dari keterlibatan banyak tangan. Mulai dari petani yang bekerja di sawah atau kebun mereka, para supir yang mengangkut hasil bumi ke pasar, para pedagang, hingga orang yang memasak di dapur.

Masya Allah. Hampir seluruh aspek dalam hidup kita ada keterlibatan orang lain di dalamnya. Oleh karena itu, ketika kita berhasil menggapai kesuksesan dalam bidang apa pun itu, sesungguhnya kita tidak sukses sendirian. Ada kesuksesan orangtua kita, ada kesuksesan guru-guru dan teman-teman kita. Jika selalu ingat akan hal ini, niscaya mudah bagi kita untuk memupuk kerendahan hati.

Nah saudaraku, Rasulullah saw adalah pribadi yang sangat sukses. Apa indikasinya? Indikasinya adalah manakala beliau berhasil mencetak para sahabat sebagai pribadi-pribadi yang memiliki keimanan yang kokoh kepada Allah, dan menjadi pembela agama Islam yang sangat setia. Padahal sebelumnya para sahabat hidup dalam kejahiliyahan yang kelam.

Rasulullah senantiasa mengajak para sahabatnya dan orang-orang pada umumnya untuk mengikuti jalan hidayah dan menjauhi kemusyrikan. Beliau senantiasa mengajak untuk dekat dengan Allah dan menjalankan setiap perintah-Nya, kemudian menjauhi segala larangan-Nya. Hal ini beliau lakukan supaya orang-orang bisa meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Rasulullah senantiasa berjuang, bahkan mengorbankan hidupnya demi kita supaya mendapatkan hidayah dan hidup di jalan yang Allah ridai.  Inilah kesuksesan yang sejati.

Kesuksesan bersama tidak bisa diraih kecuali dengan bekerja sama. Dan, bekerja sama akan semakin berkah, bernilai tambah kalau kita hidup secara berjamaah. Amal yang dilakukan secara berjamaah (amal jama’i) jauh lebih bertenaga dan berhasil guna daripada dilakukan sendirian saja.

Allah SWT berfirman, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 103)

Rasulullah saw bersabda, “Hendaklah kalian berjamaah dan janganlah bercerai-berai, karena syaitan bersama yang sendiri dan dengan dua orang lebih jauh. Barangsiapa ingin masuk ke dalam surga maka hendaklah istiqamah dalam jamaah.” (HR. Tirmidzi)

Seperti onderdil sebuah mobil, jika benda-benda itu berserakan, tidak tersusun menjadi satu kesatuan maka semua benda itu hanya menjadi rongsokan yang tiada berarti. Harganya pun akan rendah. Akan tetapi, jika semuanya dirangkaikan, dipersatukan hingga membentuk sebuah kesatuan yang saling terhubung, saling mendukung, maka benda-benda itu menjadi sebuah kendaraan yang tidak hanya lebih berharga namun juga lebih bernilai.

Dalam bermasyarakat, keahlian atau keterampilan setiap orang tentu berbeda-beda. Mungkin ada yang terampil dalam pengobatan, terampil dalam urusan instalasi listrik, ada ahli hukum, ada ahli pengobatan, ada pedagang, ada yang mengerti urusan birokrasi dan lain sebagainya. Jika setiap orang hidup secara individualis, tanpa ada kebersamaan, maka setiap orang akan berjalan masing-masing saja. Tetapi, jika ada suasana kebersamaan, maka satu sama lain bisa saling bertukar pengetahuan, bisa saling membantu dengan penuh ketulusan.

Suasana kebersamaan seperti ini akan lebih bernilai jika terbangun kehidupan berjamaah di dalamnya, ada pemimpin, ada yang dipimpin, ada musyawarah, dan ada masjid sebagai pusat kegiatannya. Betapa indah suasana hidup yang demikian. Setiap orang bisa mengenal dan memahami orang lain yang tinggal bersamanya di lingkungan yang sama. Ada rasa saling percaya, saling mengerti, saling menjaga. Jika terjadi satu kejadian yang tidak diinginkan, maka akan cepat teratasi.

Inilah yang hampir hilang di tengah-tengah kita saat ini. Mungkin karena kesibukan, kita jadi agak abai pada saudara-saudara yang tinggal di sekitar kita. Atau karena perubahan zaman, kita jadi lebih mementingkan diri sendiri tanpa memikirkan kebaikan bagi orang lain. Sehingga ada sebagian dari umat Islam yang semakin miskin, tapi tidak ada yang memperhatikan. Ada sebagian dari umat Islam yang terjajah, tapi tidak ada dukungan yang berarti. Ada sebagian dari umat Islam yang tertinggal dari pendidikan, sehingga mudah dibodohi dan diseret pada kesesatan.

Masya Allah! Marilah kita hidupkan kembali suasana hidup berjamaah, saling peduli dan berempati terhadap sesama saudara seakidah. Saling memberdayakan, mendidik dan membangun. Bekerja sama dalam ketaatan kepada Allah dan bekerja sama menegakkan izzul Islam wal muslimin. (KH. Abdullah Gymnastiar)