Selayang Pandang Kehidupan Aa Gym

KH. Abdullah Gymnastiar atau lebih akrab disapa Aa Gym belum lama ini baru saja berusia 59 tahun. Keluarga beliau bukanlah berasal dari kelompok sosial dan ekonomi yang terbilang elit. Bukan juga berlatar belakang politik atau berasal dari keluarga kyai. Aa Gym pun tidak memiliki jenjang pendidikan formal di pesantren atau memiliki warisan pesantren. Walaupun beliau adalah menantu dari cucu seorang ulama besar yaitu KH. Muhammad Tasdiqin, Pengasuh Pondok Pesantren Kalangsari, Cijulang, Ciamis Selatan.

Keluarga Religius & Disiplin

Aa Gym lahir di Bandung, pada tanggal 29 Januari 1962. Orangtua beliau adalah pasangan Letnan Kolonel (Letkol) H. Engkus Kuswara dan Hj. Yeti Rohayati. Aa Gym dibesarkan pada sebuah keluarga yang dikenal religius, disiplin akan tetapi tetap demokratis. Pengajaran dalam keluarganya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pola hidup Aa Gym sejak kecil.

Aa Gym adalah putra tertua dari empat bersaudara. Saudara kandung lainnya adalah Abdurrahman Yuri, Agung Gunmartin, dan Fatimah Genstreed. Latar belakang pendidikan formal Aa Gym dimulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) Sukarasa III KPAD Bandung dan Sekolah Dasar (SD) pada sekolah yang sama. Aa Gym menamatkan jenjang sekolah menengah pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) 12 Setia Budi Bandung dan Sekolah Menengah Atas (SMA) 5 Bandung. Beliau pun sempat berkuliah selama setahun di Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan (PAAP) Universitas Padjadjaran. Terakhir Aa Gym juga berkuliah di Akademi Teknik Jenderal Ahmad Yani (sekarang Universitas Jenderal Ahmad Yani–UNJANI) hingga sarjana muda.

Dekat dengan Masyarakat

Pada masa mudanya selain menuntut ilmu dan aktif berorganisasi, Aa Gym juga memiliki hobi dan minat yang banyak, salah satunya berwirausaha. KH. Abdullah Gymnastiar sebagai Pendiri Pondok Pesantren Daarut Tauhid, tidak dipanggil dengan sebutan kyai atau ustaz pada umumnya, tetapi ia lebih memilih dipanggil Aa (Indonesia: kakak laki-laki). Seperti yang disampaikan beliau pada salah satu wawancara dengan wartawan Hikmah Edisi 1 Oktober 1998, hal ini dimaksudkan agar dakwahnya bisa lebih dekat dengan objek dakwah yakni masyarakat (mad’u). “Saya ingin akrab dengan semua lapisan masyarakat, kalau dipanggil kyai seperti ada jarak,” ujar Aa Gym pada wawancara tersebut.

Manajemen Qolbu

Aa Gym mengembangkan kajian Islam praktis yang kemudian terkenal luas dengan nama Manajemen Qolbu (MQ). Model kajian tersebut bersifat praktis dan dikemas dekat dengan realitas kehidupan sehari-hari. Hal ini membuat MQ diterima luas oleh seluruh lapisan masyarakat.

Dalam lapangan usaha, Aa Gym termasuk kreatif dan bergerak progresif, salah satunya mempublikasikan ceramah-ceramahnya melalui artikel di koran, buku, kaset, dan juga CD. Selain itu, beliau juga membangun bisnis dengan brand MQ yang merambah berbagai bidang; seperti media, manufaktur, perdagangan, broadcasting, perjalanan haji, jasa, dan lain-lain. Seperti yang ditulis pada buku Meraih Bening Hati dengan Manajemen Qolbu, segala kegiatan Aa Gym tersebut selalu bernafaskan sebuah motto yakni, ‘Hidup adalah untuk mempersembahkan yang terbaik, bermakna bagi dunia, dan berarti bagi akhirat nanti.” (Gian)