Sejarah Singkat Malam Lailatul Qadr
Lailatul Qadar merupakan malam yang istiwewa dan yang ditunggu-tunggu selama bulan Ramadhan. Namun tidak semua tahu asal usul terjadinya malam Lailatul Qadar. Lailatul Qadar disebut juga lebih baik dari seribu bulan. Seribu bulan itu disebutnya lebih dari 80 tahun.
Menurut sebuag riwayat dicerita awal mulanya adanya malam Lailatul Qadar, bahwa disebutkan, Nabi Muhammad Sallahu ‘alaihi wassalam bercerita, dahulu kala ada orang Bani Israil, di zaman Nabi Musa. Mereka tidak pernah berbuat dosa selama 80 tahun. Mendengar cerita Nabi Muhammad tersebut, sahabat-sahabat Nabi bersedih atas dosa-dosa begitu banyak dilakukan.
Lalu turunlah ayat Al Qadr yang bunyinya Allah berfirman dalam Surah al-Qadr ayat 1 hingga 5 yang artinya: “Sesungguhnya kami telah menurunkannya (Alquran) pada malam kemuliaan. Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”
Nabi Muhammad Sallahu ‘alaihi wassalam memberi tahu petunjuk bahwa untuk mencari malam Lailatul Qadar di salah satu dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, khususnya malam dengan hitungan ganjil. Ini berarti malam Ramadan ke-21, 23, 25, 27, dan 29 semuanya memiliki potensi tinggi untuk menjadi malam Lailatul Qadar.
Al-Imam ar-Razi berkata: “Apabila fajar telah terbit di malam Lailatul Qadar, maka malaikat Jibril berkata: Wahai para malaikat, berkumpullah kemari…”.
Para malaikat bertanya : Ya Jibril! Apa yang Allah Ta’ala perbuat untuk umat Nabi Muhammad Sallahu ‘alaihi wassalam di malam ini? Malaikat Jibril menjawab: Sesungguhnya Allah Ta’ala memandang kepada mereka (umat Muhammad Saw) dengan penuh kasih sayang, Allah Ta’ala memaafkan serta mengampuni dosa-dosa mereka, kecuali empat kelompok.
Siapa empat kelompok itu? Kata malaikat lain. Pertama, orang yang membiasakan diri minum arak (pemabuk), Kedua, orang yang durhaka kepada orang tua. Ketiga, orang yang memutus silaturrahmi. Keempat, orang yang tidak mau bicara dengan saudaranya sesama muslim dalam jangka waktu tiga hari. Allahu ‘alam bishowab.. (Shabirin)