Sedekah, Rahasia Sukses Owner Kek Pisang Villa
Jika sahabat berkunjung ke Kota Batam, kurang lengkap rasanya jika tidak mencoba mencicipi Kek Pisang Villa. Sebelum Kek Pisang Villa hadir, Batam sempat tidak memiliki penganan ciri khas yang dapat dibawa pulang para pendatang sebagai oleh-oleh. Maka, sepertinya Kota Batam perlu berterima kasih kepada sang kreator Kek Pisang Villa, yakni Selvi Nurlia (Uni Nur), dan suaminya, Denny Delyandri yang merupakan donatur Daarut Tauhiid (DT) Peduli.
“Kami memulai usaha dari nol,” kata Uni Nur, saat memulai percakapan dengan Tim Majalah Daarut Tauhiid (DT) Peduli, di sela-sela acara seminar parenting bersama DT Peduli Batam. Ia mengungkapkan, awal memutuskan berwirausaha itu memang dari tidak punya modal, sampai terkesan memaksakan.
Ada satu hal yang Uni Nur pegang teguh dari awal, yaitu cita-citanya untuk dapat bermanfaat bagi umat. “Memang kalau bisnis itu, penghasilannya tidak tetap. Ada saatnya naik dan turun. Kalau dulu pas awal-awal usaha, setiap Jumat itu omset yang sebelum Jumat, dimasukan semua ke sedekah Jumat. Alhamdulillah rutin dilakukan. Jadi ya, kalau ketika susah saja, mati-matian biar bisa sedekah. Masa sekarang ketika rezeki sudah berlebih, tidak mau bersedekah?” tuturnya sambil tersenyum.
Uni Nur menyampaikan, malu rasanya bila dalam satu hari tidak sedekah. Pertama, malu pada diri sendiri. Kedua, malu pada Allah SWT Yang Maha Pemberi Rezeki. “Saya malu kalau dalam satu hari tidak sedekah. Yakin saja, rezeki dari Allah. Kita tidak akan ditelantarkan oleh Allah, jika kita rajin sedekah,” lanjutnya.
Optimistis Berbisnis, Keluarga Nomor Satu
Awalnya Uni Nur memasarkan Kek Pisang Villa ke instansi-instansi, atau rekan kerja di kantornya. “Saya optimis orangnya. Dulu pas awal-awal buat beberapa loyang, terus kita pasarin gitu ke instansi-instansi. Kalau gak habis, ya gak usah pulang. Tapi alhamdulillah sebelum sore sudah laku terjual. Jadi ya, optimis itu memang harus dibangun,” katanya penuh semangat.
Kerja keras Uni Nur dan suaminya tidak sia-sia. Pesanan alhamdulillah terus berdatangan. Hingga rumahnya di Perumahan Villa Mukakuning tidak mampu lagi mewadahi produksi Kek Pisangnya. Nah, karena tempatnya di Perumahan Villa Mukakuning itulah yang akhirnya membuat kue produksinya terkenal dengan nama ‘Kek Pisang Villa’.
Dalam bisnis ini, Uni Nur sebagai bagian produksi, dan suaminya berjuang di bagian marketing. Suaminya paham, Batam belum memiliki oleh-oleh khas. Maka, dibuatlah Tag Line “Batam, Ya Kek Pisang Villa”, disertai dengan pemasaran yang gencar melalui internet dan situs website.
Uni Nur menyampaikan, kesibukannya dalam mengelola Kek Pisang Villa tidak sampai menomorduakan tangung jawabnya sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga. “Saya itu anaknya enam. Saya melatih anak-anak untuk mandiri. Memang di rumah punya mbak (pembantu/khadimat). Tapi itu hanya mengontrol berdasarkan intruksi saya semuanya. Sudah dikasih tahu, aturan mainnya gimana ke anak-anak. Yang besar ngatur yang kecil, saling bantu. Koordinasi secara keseluruhan, mbak yang monitor,” paparnya.
Terkait bisnis kuenya yang kian sukses, Uni Nur mengaku sudah vacum sejak enam tahun lalu. “Tapi kalau kue-kue baru itu, saya memang yang pegang. Kalau misal ada complain, saya yang menghadapi. Kalau pun ada cheff-nya, kita koordinasi, ngobrol. Biasanya cheff-nya suka nanyain ke saya tentang produksi kue. Nah, paling saya koordinasi melalui WhatsApp, ngontrol lewat HP,” jelasnya.
Berkah dari bisnis dan sedekah yang rutin ia jalani, membuat Allah memudahkan enam anak-anaknya menjadi hafizh dan hafizhah. “Anak-anak saya alhamdulillah hafizh quran.
Jadi dari magrib sampai jam sembilan malam, saya terima setoran hafalan al-Quran. Kalau buka HP, paling sesudah itu. Sampai mau pergi sekolah, terima setoran lagi. Lumayan free ketika anak-anak sekolah,” ujarnya.
Bahagianya ia dan suami memiliki tiga orang anak perempuan, dan tiga anak laki-laki. Anak perempuannya yang paling besar berusia 14 tahun, dan melanjutkan studinya ke Cairo, Mesir. Masya Allah.
Rumah Tangga Tidak Mengubur Cita-cita
Menjadi lulusan Sarjana Teknik di Universitas Andalas, Padang, dan termasuk mahasiswi yang cerdas, membuat Uni Nur meredam ambisi pribadinya ketika sudah berumah tangga. “Ketika sudah berumah tangga, saya kerja di kantor orang lain hanya dua bulan, setelah itu resign. Saya memilih tidak ngantor lagi, karena waktunya kan saklek. Misal dari jam delapan pagi sampai jam lima sore. Kalau usaha kan kita bisa ngontrol waktu dengan baik. Istilahnya saya bekerja dengan usaha sendiri. Memang dalam bisnis juga ada waktu-waktu yang sibuk banget, tapi tidak selalu. Tapi kalau proyeknya sudah berjalan, rutinitasnya bisa kembali normal,” tuturnya.
Ia menegaskan, sebagai perempuan kalau sudah menjadi istri, tidak boleh egois. Misal, merasa sukses, pintar, bisa melakukan ini itu, sehingga meremehkan kedudukan atau posisi suami.
“Termasuk nyetir mobil pun saya gak mau, walaupun saya bisa. Saya inginnya tetep disetirin sama suami. Misalnya kalau mau ke mana, dan dia sedang repot, ya berarti saya harus menunggu sedikit. Untuk apa? Untuk menghargai keberadaannya sebagai pemimpin, bahwa saya sebagai istri membutuhkannya,” kara Umi.
Menurutnya di dunia ini, yang dicari adalah kebahagiaan. Tinggal bagaimana menempatkannya, agar tidak melanggar syariat-Nya. Berkarya bagi seorang istri, kuncinya ada pada rida suami. “Saya sejak kecil hobinya memang nonton masak-masak. Walau dulu tidak boleh ke dapur, karena khawatir ngerecokin orangtua yang sedang masak. Tapi ketika dewasa, memori yang dulu pernah ditonton itulah yang menempel. Maka, saya mulai coba-coba bikin kue, dan bisnis kue. Mungkin karena menghayati, dinikmati, akhirnya enjoy aja,” katanya.
Kini bisnis Kek Pisang Villanya semakin sukses, dan meluas ke produksi kue kue lain untuk oleh-oleh khas di berbagai daerah, seperti di Bandung ada Kue Bandung Kunafe dan cafe. “Kuncinya ya itu tadi, suami rida. Kalau suami rida, jadinya saling dukung. Kalau suami gak rida, ketika kita bisnisnya ada di posisi sulit, kemungkinan dia akan memarahi. Kan kata saya juga gak usah begitu-begitu, misalnya,” papar Umi.
Ia pun berpesan agar menjadikan suami sebagai sahabat dan tempat curhat terbaik. “Saya jarang ngomong panjang lebar sama orang, kecuali sama suami,” tegasnya. Ia khawatir, curhat kepada seseorang yang tidak tepat, hanya akan menimbulkan masalah baru.
Lalu bagi perempuan yang ingin memulai berwirausaha sesuai passion yang dimiliki. Ia berpesan untuk optimistis, niat yang baik, memiliki ‘telinga badak’, ibadah yang berkualitas, dan istiqamah sedekah.
“Harus optimis dimulai saat niat berusaha. Lalu, niatkan usaha untuk dan karena Allah. Terus, gak usah dengar nyinyiran orang. Terkadang orang itu butuh pembuktian. Saya juga dulu sama suami, dua-duanya sarjana, kemudian memutuskan berhenti bekerja, dan mulai berwirausaha yang belum pasti sukses atau tidaknya. Lalu jadi bahan pembicaraan sekitar. Ya tidak apa-apa, buktikan saja kalau kita insya Allah bisa. Terakhir, tidak boleh lepas sedekah. Jangan biarkan hari berlalu tanpa sedekah. Doakan kami bisa istiqamah,” katanya mengakhiri percakapan. (Cristi Az-Zahra)