Sedekah kepada Kucing
Sedekah. Satu kata namun penuh makna. Dari kata sedekah, hal pertama yang terlintas di benak kita adalah momentum saat manusia yang satu memberikan bantuan kepada fakir, miskin, atau orang yang terkena musibah. Tapi, apakah pernah terlintas di benak kita untuk bersedekah kepada hewan? Mungkin hal ini hanya terlintas di benak sebagian orang. Ya, mereka yang memiliki rasa peduli terhadap hewan.
Ayahku adalah salah seorang yang peduli terhadap kucing. Dari ceritanya sejak kecil, ayahku memang sudah memelihara kucing. Tapi setelah beranjak remaja dan harus pindah keluar kota, ayahku tidak memelihara kucing lagi.
Kegemaran ayahku memelihara kucing mulai kembali. Berawal dari hobinya memakai sepeda kemana pun ia pergi. Hal ini membuat ayahku menjadi lebih sering melihat kucing-kucing liar di jalanan.
Pada suatu pagi, saat ayahku sedang bersepeda, ia menemukan kucing kecil di pinggir jalan.Di tempat itu terdapat banyak anjing liar dan jalanan yang cukup berbahaya karena motor dan mobil melaju kencang.
Karena kasihan dan khawatir dengan nasib kucing itu, ayahku membawa kerumah dan kami pun merawat kucing itu. Beberapa minggu kemudian, ayahku kembali membawa anak kucing dan bertambahlah jumlah kucing kami dirumah. Hal ini membuatku bertanya karena waktu itu di rumah kami sudah ada tiga kucing.
“Pah kenapa bawa kucing lagi ?” ayahku pun menjawab “Kasihan kalau dibiarin dijalan takut kenapa-kenapa”.
Ternyata kucingnya cukup menghawatirkan dengan kondisi buntut yang patah karena terinjak seseorang. Beberapa bulan berlalu,ayahku kembali membawa anak kucing kerumah. Aku sudah tidak aneh lagi karena sepertinya hal ini sudah menjadi kebiasaan ayahku. Menurutku, itu mulia mengingat dengan berbagai macam alasan tidak banyak orang yang peduli terhadap nasib anak-anak kucing di jalanan.
Ayahku kembali membawa anak kucing kerumah. Bedanya, kucing yang dibawa ayahku sudah tidak bernyawa. Ukuran tubuhnya masih sangat kecil, dan usianya pun kurang dari satu bulan. Mungkin karena lapar dan tidak ada ibunya, kucing ini terpaksa mencari makan ke jalanan. Akhirnya, anak kucing itu mati karena terlindas oleh ban belakang motor seseorang. Karena tidak tega, ayahku berniat menguburkannya di pekarangan rumah.
Ada rasa penasaran, apa yang membuat ayahku sangat peduli terhadap kucing-kucing liar di jalanan. “Kucing jalanan itu kehidupannya keras. Untuk cari makan aja mereka taruhannya nyawa. Belum lagi orang-orang yang engga ksuka. Papah enggak tega kalo liat mereka disiksa sama orang-orang diluar sana.Se-enggaknya kalo kita rawat minimal mereka ga kelaparan,”katanya.
Setelah mendengar jawabannya, hatiku mulai terketuk untuk tidak mengabaikan kucing-kucing dijalanan yang sangat memerlukan bantuan. Sungguh sangat kasihan ketika melihat seekor kucing yang dipukul, ditendang, bahkan hingga disiram air panas oleh orang-orang yang membencinya, atau merasa dirugikan. Tak habis pikir, mengapa manusia yang Allah SWT ciptakan dengan akal serta pikiran, mampu melakukan hal sekejam itu terhadap kucing.
Berbuat baik kepada hewan, termasuk kucing, di mata Allah SWT sama dengan bersedekah. Insya Allah akan diberi ganjaran pahala, karena dalam sebuah hadis telah disebutkan ada seorang sahabat yang bertanya kepada Rasulullah saw.
“Apakah berbuat baik kepada binatang bagi kami ada pahalanya?”Rasulullah shalallahu alahi wassalam pun menjawab, “Di dalam setiap apa yang bernyawa ada pahalanya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Jika kita tidak bisa memeliharanya di rumah, setidaknya kita bisa membawa makanan kucing kemana pun kita pergi, agar dapat memberi makan kucing jalanan. Namun, jika kita tidak bisa memberi makanan kepada mereka, maka dengan tidak menyakitinya saja, itu sudah lebih dari cukup.
[oleh : Desi Sepita S. Ilyas, Santri Karya Daarut Tauhiid]