Santri DQ Mulai Adaptasi dengan Budaya DT
Setelah resmi menjadi Santri Dauroh Qolbiyah (BQ) Daarut Tauhiid (DT), yang ditandai dengan penyematan syal warna biru muda, dan harus digunakan selama masa pendidikan, mereka pun kini mulai beradaptasi dengan Budaya DT. Seperti BRTT (Bersih, Rapi, Tertib, Teratur), Bebas Komiba yang berarti Be: berantakan rapikan, Bas: basah keringkan, Ko: kotor bersihkan, Mi: miring luruskan, dan Ba: bahaya amankan. Lalu Karakter BAKU (Baik dan Kuat), yang harus diaplikasikan dalam kehidupan santri sehari-hari.
Yudi, salah seorang Santri DQ asal Kota Tangerang mengungkapkan, budaya dan lingkungan DT sangat religious, sehingga mampu merubah manusia untuk menjadi pribadi yang lebih displin, humanis, dan agamis.
“Minggu pertama saya tinggal di asrama atau lingkungan DT ini masih kaku, karena kebiasaan sebelumnya ketika di rumah kurang begitu baik. Seperti bangun tidur kesiangan, berantakan, berbicara seenaknya. Namun setelah di sini, berbicara dibatasi harus yang baik-baik, bangun tepat waktu, apalagi dengan jadwal salat tahajud dan kerapihan, sudah pasti diperhatikan kalau disini mah,” ungkapnya saat ditemui usai materi dalam kelas, yang diisi oleh Ustaz Agus Suhendar pada Kamis (24/10).
Menurutnya, ia tidak salah memilih Pondok Pesantren Daarut Tauhiid sebagai tempat untuk memperbaiki diri. Ia menilai, budaya dan lingkungan DT sangat nyaman untuk belajar para santri. Katanya, Ponpes DT tidak seperti ponpes pada umumnya yang tertutup dari dunia luar, sehingga selalu memunculkan paradigma menakutkan ketika masuk pesantren. (Sukmara Galih)