Sampai Batas Mana Manusia Merasakan Kenikmatan Duniawi?

DAARUTTAUHIID.ORGAllah Ta’ala mengibaratkan kesenangan duniawi dengan air yang turun dari langit. Hal ini dijelaskan dalam surah al-Kahfi ayat 45.

“Dan berikan untuk mereka (manusia) perumpamaan kehidupan dunia ini ibarat air hujan yang Kami turunkan dari langit, sehingga menyuburkan tumbuh-tumbuhan di bumi. Kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Ayat di atas memberikan gambaran bahwa kehidupan dunia tidak ubahnya seperti air hujan.

Air yang bisa dengan mudah mengalir, dengan mudah menyuburkan tanaman, sehingga membuat semua mata yang memandangnya menjadi terkesima akan keindahannya.

Namun, dengan mudah pula keindahan lenyap, kemudian kering dan punah.

Imam Al Qurtubi dalam tafsirnya menyebutkan, Allah Ta’ala menyerupakan kehidupan dunia dengan air karena memiliki beberapa kesamaan.

Pertama, air tidak bisa menetap di suatu tempat dalam jangka waktu yang lama. Ia memiliki sifat dasar untuk selalu berubah.

Begitu juga dengan kesenangan duniawi yang tidak konsisten dalam satu keadaan atau kondisi, terus bergulir dan mengikuti perputaran roda kehidupan.

Kedua, air terus mengalir dan tidak akan abadi. Begitu juga dengan kesenangan duniawi yang mudah pudar dan tidak kekal. Manusia lahir tanpa membawa apa-apa, dan akan kembali ke hadapan Tuhannya juga tidak membawa apa-apa.

Adakalanya, manusia yang meninggalkan kehidupan duniawi, dan bisa jadi manusia yang ditinggalkan oleh kesenangan duniawi.

Adakalanya, manusia yang meninggalkan kehidupan duniawi, dan bisa jadi manusia yang ditinggalkan oleh kesenangan duniawi.

Ketiga, setiap orang yang bermain air pasti akan kecipratan air. Artinya, tak seorang pun yang menyelam ke dalam air kecuali ia akan basah kuyup.

Begitu juga dengan kesenangan duniawi. Tak seorang pun yang tenggelam di dalamnya kecuali ia akan mendapat fitnah dan keburukannya.

Keempat, air akan bermanfaat bagi kehidupan dan bisa menyuburkan tanaman selama masih sesuai dengan kadar keperluannya. Namun, bila sudah melebihi batas kebutuhan, maka air akan menimbulkan mudharat dan banyak kerusakan.

Demikian juga dengan kesenangan duniawi. Selama masih dalam batas kewajaran dan sesuai dengan kebutuhan, maka akan sangat bermanfaat bagi kehidupan.

Akan tetapi bila sudah melampui batas, maka hal itu akan menimbulkan kerusakan dan menyebabkan kebinasaan.

Islam tidak melarang penganutnya untuk mencari kesenangan duniawi, hanya saja yang perlu diperhatikan adalah batasan-batasan tertentu agar seseorang tidak sampai melampaui batas dalam mengejar kesenangan duniawi itu.

Islam tidak melarang penganutnya untuk mencari kesenangan duniawi, hanya saja yang perlu diperhatikan adalah batasan-batasan tertentu agar seseorang tidak sampai melampaui batas dalam mengejar kesenangan duniawi itu. Dalam Al-Quran, Allah Ta’ala berfirman,

“Carilah apa yang telah Allah karuniakan kepadamu berupa kebahagiaan kehidupan akhirat, janganlah kamu melupakan bagianmu dari kenikmatan duniawi, dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, karena sesungguhnya Allah tidak suka terhadap orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS al-Qashash: 77).

Ayat di atas menganjurkan kita untuk ambil bagian dalam mencari kenikmatan dunia, hanya saja jangan sampai melampaui batas, dan jangan sampai membuat kerusakan.

Dua ketentuan ini yang harus menjadi patokan kita dalam mencari dan mengumpulkan bekal dalam kehidupan dunia. Semoga kita istiqamah mengamalkannya. Wallahu a’lam bishowab.

Redaktur: Wahid Ikhwan

_________________________

DAARUTTAUHIID.ORG

(Sumber: Abdul Syukkur, Republika)