Sabar dan Salat, Cara Raih Pertolongan Allah
Segala puji mutlak hanyalah milik Allah SWT. Dialah Dzat Yang Mahaagung, Mahakuasa, Mahaadil lagi Mahabijaksana. Dialah Allah, Dzat yang segala kejadian, baik yang kecil maupun yang besar, berada dalam genggaman-Nya.
Allah SWT berfirman, “Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS. al-Baqarah [2]: 45-46).
Dalam ayat-Nya yang lain, Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. al-Baqarah [2]: 153).
Saudaraku, masalah terbesar kita dalam hidup ini adalah manakala jauh dari pertolongan Allah, ketika kita tidak mendapat pertolongan Allah. Mau sekuat apa pun kita mengupayakan sesuatu, sehebat apa pun kita membuat perencanaan, jika Allah tidak menolong maka pasti kita tidak akan mampu berbuat apa-apa.
Tidak ada masalah sebesar apa pun yang benar-benar besar. Tidak ada bedanya masalah yang berat atau pun ringan, semuanya sama-sama menjadi masalah yang teramat besar dan berat jika Allah tidak menolong kita. Oleh karena itu, hanya Allah satu-satunya tempat untuk bersandar, dan hanya kepada Allah saja kita memohon pertolongan.
Pada kedua ayat al-Quran tadi, Allah memberikan petunjuk yang terang benderang kepada kita. Yakni memohon pertolongan kepada Allah itu jalannya bisa ditempuh dengan sabar dan salat.
Dalam hidup ini kita seringkali menyaksikan, bahkan boleh jadi kita sendiri yang mengalami, ketika kita bertemu dengan suatu permasalahan, maka langkah spontan yang kita ambil biasanya mengadakan rapat darurat, jika permasalah itu adalah urusan pekerjaan di kantor. Jika masalah yang kita hadapi adalah urusan pribadi, maka kita mencari teman atau sahabat untuk curhat atau untuk sekadar berkeluh kesah. Ada masalah dalam urusan materi, maka spontan yang muncul di pikiran kita adalah manusia, kepada siapa kita harus meminjam uang misalnya.
Begitulah yang banyak terjadi di antara kita. Yang terpikir pertama kali, yang dimintai tolong pertama kali, yang diajak komunikasi pertama kali ketika kita menghadapi suatu persoalan hidup adalah manusia. Padahal jika kita berpikir jernih, apa yang bisa dilakukan manusia untuk kita? Tidak ada. Apa yang bisa orang lain bantu bagi kita? Tidak ada. Karena hakikatnya orang lain pun hanyalah makhluk seperti kita, yang tiada daya dan tiada upaya kecuali pemberian dari Allah SWT.
Allah berfirman, “Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Mahakuasa.” (QS. ar-Ruum [30]: 54).
Allah tidak menciptakan manusia kecuali dalam keadaan lemah. Sudah menjadi tabiat manusia memiliki banyak sekali kelemahan, dan jika manusia memiliki kekuatan, sesungguhnya itu adalah setitik kemampuan yang Allah berikan kepadanya.
Maka dari itu, jika kita tafakuri kembali, sangat mengherankan jika kita mengandalkan sepenuhnya bantuan manusia. Sangat mengherankan jika pihak yang kita ingat pertama kali ketika menghadapi suatu persoalan adalah manusia. Padahal sudah jelas-jelas seluruh makhluk diciptakan dalam keadaan lemah tiada berdaya, dan hanya Allah yang Maha Kuasa memberi makhluk kekuatan.
Allah berfirman, “Dan jika mereka berpaling, maka ketahuilah bahwa Allah Pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.” (QS. al-Anfal [8]: 40).
Beruntunglah orang yang terlatih mengingat Allah dalam setiap keadaan, saat berjalan, berkendara, berdiri, duduk dan berbaring. Berbahagialah orang yang terlatih menjadikan Allah sebagai Dzat yang senantiasa pertama kali ia ingat dan tempat paling pertama untuk ia mengadu, berlindung dan memohon pertolongan. Karena memang sudah semestinya demikian, inilah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw, dan diikuti oleh para sahabat dan salafushalih. Inilah sikap orang-orang beriman.
Para ahli tafsir menjelaskan bahwa sabar dan salat adalah sarana bagi orang-orang yang beriman untuk meminta pertolongan Allah. Mengapa pada dua ayat yang disebutkan pada awal tulisan ini sabar dan salat disebut secara berdampingan? Karena kesabaran seseorang tidaklah sempurna tanpa salat, dan begitu juga salat tidak akan sempurna jika tidak diiringi dengan kesabaran. Salat yang sempurna, yaitu yang dilakukan secara khusyu dan tumaninah tidaklah bisa digapai kecuali oleh orang yang bersabar. (KH. Abdullah Gymnastiar)