RUMAH KU, SEKOLAH KU, CERITA KU, DAN MASA DEPAN KU
Oleh: Ade Karwati,S.IP – Kepala Sekolah PG&TK Daarut Tauhiid
Dalam kehidupan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda beda dalam memandang dirinya, rumahnya, sekolahnya dan masa depannya, tergantung dari perspektif apa kita melihatnya. Namun berbicara masa depan secara umum saya berpendapat bahwa masa depan adalah gambaran kedepan apa yang menjadi sebuah cita cita kita.
Jadi jika kita bertanya pada diri kita sendiri, tentang bagaimanakah masa depanku? Berarti kita sedang memikirkan seperti apakah gambaran kedepan yang menjadi cita cita kita.
Memikirkan sebuah cita cita dalam islam sudah banyak sekali diajarkan sebagaimana disebutkan “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr: 18) begitu juga dalam kisah rasulullah saw melalui shirah nabawiyahnya.
Dengan berpikir positif mengenai gambaran masa depan kita, tentunya sebuah cita cita menjadi sebuah langkah pasti yang akan kita tuju, sehingga beberapa upaya dilakukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Menentukan visi pribadi, keluarga , kemudian sekolah untuk diri dan anak anak kita menjadi point penting dalam menentukan masa depan kita.
RUMAHKU
Berbicara tentang rumah maka bayangan pertama yang kita ingat adalah tentang keluarga.Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan berkumpul suatu keluarga. Rumah juga merupakan tempat seluruh anggota keluarga berdiam dan melakukan aktivitas yang menadi rutinitas sehari-hari (Erwin:2012). Rumah dalam islam adalah madrasah (sekolah) pertama bagi setiap anak. Sebagaimana ibu adalah madrasah pertama untuk anaknya. Sesuatu yang harus kita sadari adalah bahwa orangtua merupakan guru pertama bagi anaknya. Guru adalah seseorang yang digugu dan ditiru. Dalam dunia pendidikan, guru adalah ujung tombak dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Namun di lapangan terkadang orang tua memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap sekolah sehingga berpendapat bahwa keberhasilan pendidikan anak sepenuhnya berada di bang,ku sekolah, yang tentunya hal ini tidak salah. Tetapi menyandarkan sepenuhnya keberhasilan pendidikan di tangan guru di sekolah ini yang menjadi kurang lengkap karena pendidikan anak terutama di PAUD waktu terbanyak anak anak justru bersama orangtuanya di rumah. Sekolah hanya partner atau mitra orangtua saja. Dan pendidikan keluarga adalah pendidikan untama dan pertama untuk anak yang tidak bisa digantikan oleh lembaga pendidikan manapun ( Kartadinata:2012).
Rumah yang di dalamnya terdapat keluarga menjadi sebuah kebahagiaan karena adanya kerterikatan emosi dan kasih sayang. Bahkan cita cita terbesar terpancang disana. Sebagaimana dalam ayat Al Quran disampaikan: “ Wahai orang orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu…” (QS. At-Tahrim(66:6)
Ayat di atas mengandung perintah yaitu suatu kewajiban yang harus ditunaikan orangtua di rumah khususnya seorang ayah sebagai pemimpin yaitu menjaga keluarganya dari api neraka, yang tugasnya ini dberikan langsung oleh Allah dalam Al Quran. Sehingga keluarga menjadi komponen penting dalam menjaga dan menunaikan perintah tersebut.
Visi keluarga menjadi sebuah tugas yang jarang kita dengar dibanding visi lembaga. Pada sebuah lembaga kita sering begitu ketat dalam mengontrol ketercapaian visi tersebut, baik melalui misi,strategi ataupun program. Namun saat dihadapkan pada visi keluarga berbicara control dan strategi pencapaian menjadi barang yang sangat langka dibicarakan atau dikawal dalam pelaksanaan berjalan. Tugas dan fungsi orangtua khususnya menjadi sangat dominan dan pengaruh serta peran utamanya tidak bisa digantkan oleh lembaga pendidikan formal atau informal.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS.An Nisa(4) :9). Diperkuat oleh Allah Subhanahu Wa ta’ala dalam firmannya:
“Kaum laki laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki laki) atas sebagian yang lain (wanita), dank arena mereka laki laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An Nisa(4):34).
SEKOLAHKU
Sekolah adalah sebuah lembaga formal yang secara structural berada di bawah institusi pemerintah (Dinas Pendidikan) yang didalamnya mengadakan kegiatan pembelajaran sebagai bagian dari pendidikan yaitu (definisi). Sekolah juga adalah tempat kedua sesudah rumah untuk anak anak belajar, berinteraksi dengan teman temannya, berbagi rasa, makanan dan tempat tumbuh kembang anak anak selain di rumah dengan berbagai aspeknya.
Di dalam sekolah sebagaimana rumah dan masa depan kita, maka sekolah memiliki visi dan misi untuk dituju bersama. Bahkan dikarenakan merupakan lembaga formal maka sekolah diharuskan memiliki aspek legalitas yang jelas dari lembaga pemerintah yang kita kenal dengan aspek normative, baik secara pendirian, kurikulum, struktur dan lain sebagainya.
Visi yang dimiliki sekolah hendaknya merupakan bagian dari visi keluarga yang pada akhirnya sekolah menjadi jalan yang dapat membantu bahkan mempermudah setiap keluarga menuju visi nya. Anak dengan segala aspek pertumbuhan dan perkembangan nya memiliki kebutuhan untuk berbagai hal salahsatunya interaksi sosial, pemahaman bahwa manusia sebagai makhluk homo socius membutuhkan stimulasi dari lingkungannya termasuk sekolah untuk mencapai tahap perkembangan sesuai usianya.
Berbicara ranah Pendidikan Anak Usia Dini, berdasarkan buku “Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, karya Drs. Slamet suryana ” menyatakan bahwa, Pada usia dini 0-6 tahun, otak berkembang sangat cepat hingga 80 persen. Pada usia tersebut otak menerima dan menyerap berbagai macam informasi, tidak melihat baik dan buruknya. Itulah masa-masa yang dimana perkembangan fisik, mental maupun spiritual anak akan mulai terbentuk. Karena itu, banyak yang menyebut masa tersebut sebagai masa-masa emas anak (golden age),
Dalam konsep Montessori seorang pakar pendidikan anak menyampaikan bahwa anak diibaratkan seperti sponge yang mudah menyerap pendidikan apapun di sekelilingnya , sehngga pada titik ini, orangtua diharuskan memiliki kepekaan baik dalam hal psikologi perkembangan anak atau pengasuhan yang tepat pada masa ini sehingga pada fase ini tidak terlewatkan begitu saja, membekasnya berbagai aspek pendidikan yang diterapkan akan menghasilkan hasil pada periode yang panjang untuk kedepannya.
Dalam perjalanannya, sekolah dengan berbagai perangkat yang dimilikinya hendaknya memiliki keseuaian dengan Permen No. 146 tahun 2014 tentang Standar Pendidikan PAUD, antara lain: mengenai Standar Tingkat Perkembang Anak/STTPA, Proses, Isi, Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Pengelolaan, Pembiayaan, Sarana dan Penilaian.
Kurikulum sebagai ruh pendidikan menjadi starting point yang juga penting, karena pada aspek inilah pembelajaran akan dilakukan berikut penentuan output nanti yang kita harapkan, dikenal Satuan Kelulusan Siswa.
Kemudian peran guru sebagai ujung tombak pendidikan. Guru seperti ini harus memiliki beberapa jenis kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru. Dan di dalam aturan pendidikan, guru hendaknya memiliki 4 kompetensi yang harus dimiliki, yaitu: pedagogik, professional, kepribadian dan sosial. Lingkungan sekolah yang sarat dengan nilai nilai ke khas an yang dimiliki tentunya akan sangat berpengaruh terhadap warna kurikulum dan produk guru yang tercipta.
Selain peran guru, dalam lembaga sekolah kita mengenal adanya peran Kepala Sekolah atau level managerial serta tenaga non pendidikan yang juga memiliki sumbangsih yang tinggi terhadap kemajuannya sekolah. Kepemimpinan sebagai role model dalam sebuah lembaga sekolah menjadi cerminan bagaimana arah sekolah akan dituju. Bahkan peran kepala sekolah sesuai dengan undang undang, tidak semudah yang kita bayangkan dengan perannya saja sebagai lingkup manajerial dari mulai perencanaan hingga evaluasi namun ada peran lainnya yaitu memikirkan pengembangan sekolah,supervisi, entrepreuneur, yang pada era saat ini Kepala Sekolah tidak lagi menjadi figure yang harus duduk di belakang meja saja. Kemampuan pergerakan untuk membawa tim lebih dinamis membawa organisasi menjadi pembelajar semangat terus mencari ilmu, mudah mudahan akan lebih mempermudah survive nya lembaga dengan berbagai perubahan yang terjadi di abad 21 ini.
CERITAKU
Bagi anak, semua tulisan di atas tentunya tidak akan terlalu banyak dimengerti karena anak berpikir pada hal hal konkret dimana memiliki pemaknaan yang lebih dimengerti seperti bagaimana secara konkrit pada saat anak diperlakukan di rumah, maupun di sekolah. Berbagai bahasan yang sifatnya abstrak tidak lagi menjadi jaminan anak akan memahaminya dengan lebih mudah . Bagi anak terpenting adalah bagaimana pelayanan fisik dan hati dapat diberikan secara baik oleh orangtuanya di rumah maupun guru di sekolahnya.
Anak dengan kejernihan hatinya banyak gambaran pelajaran yang sebetulnya diberikan untuk orang tua nya. Dari kesederhanaan berpikir, kepolosan, keceriaan bahkan kejengkelannya tidak pernah ada maksud yang mendalam kecuali anak sedang mengembangkan apa yang ada dalam dirinya baik kemampuan moral, pemikiran (kognitif), motorik, sosial emosi dan bahasanya.
Sehingga setiap kumpulan perkembangan, bahkan celotehannya akan menjadi bingkai yang indah saat anak tumbuh menjadi dewasa dengan kehangatan dan kekuatan yang dimiliki dari keluarga dan sekolahnya.
Selain catatan harian yang dimiliki orangtua, di sekolah ada buku jurnal harian anak, catatan anekdot dan hasil karya serta laporan ketercapaian perkembangan yang menjadi catatan penting untuk anak dalam menyongsong masa depannya yang lebih indah dengan bekal apresiasi yang dimilikinya tadi dari lingkungan sekitarnya.
Kerjama sekolah dan rumah untuk menyelaraskan program program bersama dalam mengawal perkembangan dan pendidikan anak hendaknya terus dijalin dengan lebih baik agar ketersinmabungan pendidikan terutama aspek karakter dapat tercapai dengan lebih baik. Hal ini mengingat karakter sebagai pendidikan akhlak dalam islam adalah bekal paling penting dalam menyonsong zaman di abad 21 ini.
Wallohu lam bish showab….
Mudah mudahan bermanfaat.