Prinsip BAL dalam Dakwah
Dakwah adalah upaya memperbaiki masyarakat. Dakwah pada hakikatnya merupakan bagian dari aktivitas komunikasi antar manusia. Tapi komunikasi dalam dakwah tidak hanya berupa perkataan semata, namun mencakup perbuatan sang penyerunya hingga tindak tanduknya.
Menurut Ramadhan ‘Abd al-Muthallib Khumais, amal perbuatan sesungguhnya merupakan salah satu media dakwah Islam yang efektif membangkitkan pandangan mata manusia. Sedangkan perkataan berfungsi sebagai sarana menyentuh hati objek dakwah. Lalu memberikan teladan atau al-qudwah al-hasanah kepada sesama manusia juga merupakan dakwah yang efektif. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَآ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ ﴿فصلت : ۳۳
Artinya: “Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, ‘Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?‘” (QS. Fussilat [41]: 33).
Dalam menafsirkan ayat ini, Imam Muhammad al-Râzî menerangkan tiga klasifikasi manusia yang termasuk sebagai manusia dengan pesan komunikasi terbaik karena melakukan dakwah kepada jalan Allah Ta’ala. Pertama, para nabi sebagai insan pertama yang berdakwah dengan mengajak manusia ke jalan Allan Ta’ala baik dengan metode argumentasi maupun dengan metode berperang membawa senjata.
Kedua, para ulama yang terdiri dari para ahli hikmah dan para ahli ushul serta ahli fikih yang berdakwah terhadap Islam, menerangkan syariatnya, dan menjelaskan keindahannya. Ketiga, para penguasa yang mampu berdakwah ke jalan Allah dengan kekuasaannya. Seiring perkembangan zaman, dakwah dan tantangannya pun semakin berkembang.
Prinsip BAL
Mudahnya akses dan banjirnya informasi merupakan salah satu ciri era yang sedang kita hadapi. Semua orang bisa mendapatkan kabar dari seluruh penjuru dunia dengan cepat dan tanpa terhalang sekat batas wilayah. Materi dan ilmu terkait keislaman pun semakin mudah ditemukan. Tetapi di antara semua kemudahan itu ada banyak risiko yang harus dihadapi. Salah satunya terkait validitas informasi.
Allah Ta’ala berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ
فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ ﴿الحجرات : ۶
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS. al-Hujurat [49]: 6).
Tafsir Kementerian Agama RI menjelaskan bahwa dalam ayat ini, Allah memberitakan peringatan kepada kaum mukminin. Jika datang kepada mereka seorang fasik membawa berita tentang apa saja, agar tidak tergesa-gesa menerima berita itu sebelum diperiksa dan diteliti dahulu kebenarannya.
Ayat ini memberikan pedoman bagi kaum mukminin supaya berhati-hati dalam menerima berita, terutama jika bersumber dari seorang yang fasik. Maksud yang terkandung dalam ayat ini adalah agar diadakan penelitian dahulu mengenai kebenarannya.
KH. Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym selalu mengingatkan terkait validitas dalam berkomunikasi dengan prinsip BAL. Apalagi komunikasi itu bertujuan untuk mengajak manusia kepada jalan Allah Ta’ala. Dakwah secara ketat harus menerapkan prinsip BAL.
Prinsip BAL yakni benar, akurat, dan lengkap. Benar maknanya informasi yang kita dapat atau kita sampaikan haruslah fakta dan tidak mengada-ada, bukan juga kebohongan atau hoax. Akurat artinya segala yang menjadi pesan informasi haruslah tepat dan dan sesuai, tidak mengandung bumbu-bumbu dramatisasi. Serta lengkap yaitu informasi harus utuh dan tidak boleh hanya mengandung sebagian pesan sehingga memicu salah paham. (Gian)