Perjalanan Waktu Hamba Beriman

Ajaran Islam membangkitkan kesadaran dan perhatian manusia terhadap pentingnya waktu, dengan gerak bumi dan peredarannya. Islam betul-betul menghayati perjalanan matahari dan bintang-bintang, serta pergantian siang dan malam. Tatkala terbelah waktu malam membuka selimut fajar, berdiri seorang muadzin mengingatkan orang-orang lalai dan membangunkan mereka yang tidur nyenyak. Yakni dengan suaranya yang memenuhi segenap penjuru alam untuk menyambut pagi suci.

Waktu Salat
Mari dirikan salat, mari menuju kebahagiaan! Salat itu lebih baik daripada tidur. Maka orang yang lisan dan qalbunya bersih, tangannya suci karena air wudu akan menjawab engkau benar dalam perkataanmu. Lalu terputuslah ikatan tali setan manakala engkau segera menunaikan salat.

Ketika matahari berada agak condong sedikit dari jantung langit, sedang manusia tenggelam dalam keduniaan dan aktivitasnya. Kembali suara azan memanggil untuk salat menuju kebahagiaan dengan takbir dan tahlil serta bersaksi bahwa hanya Allah yang Maha Esa dan Nabi Muhammad adalah utusan-Nya.

Itulah saat manusia sejenak bersimpuh di hadapan Sang Pencipta yang memberi rezeki dan mengurusinya. Mereka tinggalkan baju pekerjaan dan rutinitas kehidupan untuk menunaikan salat di tengah hari—Dzuhur, supaya mereka tidak hanyut dan tenggelam dalam lautan materi dan keduniaan.

Manakala panjang bayangan sama dengan benda dan matahari mulai beranjak untuk tenggelam, kembali suara azan bergema mengajak menunaikan salat—‘Ashar.

Manakala matahari tenggelam di balik bumi dan tak tampak lagi wajahnya, keempat kalinya suara memanggil untuk melaksanakan salat di akhir siang dan di awal malam—Maghrib.

Tatkala lembayung merah hilang dari pandangan mata; berkumandang kembali suara mengajak kaum muslimin untuk menunaikan salat yang terakhir—‘Isya.

Ini berarti seorang muslim membuka harinya dengan salat dan menutupnya dengan salat. Hidupnya dalam sehari hanyalah di antara dua waktu salat yakni Subuh dan ‘Isya. Ia selalu terikat pada janji yang baru kepada Allah setiap kali bumi berputar dan siang berganti malam atau malam berganti siang. Pada setiap pekan datang hari Jumat, ada pula suara azan yang baru memanggil untuk menunaikan salat. Amalan yang mempunyai kedudukan tersendiri dan syarat-syarat tertentu. Itulah salat Jumu’ah.

Amal Setiap Waktu
Selain salat wajib tersebut ada salat malam; sebelum terbit fajar yang dikerjakan oleh hamba arRahman yang senantiasa sujud kepada-Nya. Ada pula salat Dhuha serta salat sunat yang dikerjakan pada waktu tertentu, baik siang maupun malam. Pada awal setiap bulan akan terbit bulan sabit atau hilal. Maka seorang muslim menyambutnya dengan tahlil dan takbir, memohon kepada rabb-Nya dan bermunajat dengan datangnya bulan baru ini.

Pada bulan Ramadan setiap tahun di mana pintu surga dibuka, sedang pintu neraka ditutup rapat-rapat. Setan-setan dibelenggu, datang suara dari langit memanggil para hamba beriman untuk berpuasa.

Pada saat itulah orang-orang durhaka bertobat, akan diterima permohonan ampun orang-orang yang membantah, orang-orang yang lalai akan lebih berhati-hati, dan mereka yang tersesat akan kembali ke jalan Allah mencari rida dan ampunan-Nya dengan saum yang baik dan ibadah yang sempurna.

Setelah melalui perjalanan kerohanian yang di bulan Ramadan, perjalanan hamba beriman dilanjutkan dengan amal lain yang melibatkan rohani dan materi yakni ibadah. Sebagian ulama Salaf menyebutkan bahwa salat lima waktu adalah timbangan harian, salat Jumu’ah adalah timbangan pekanan, saum Ramadan adalah timbangan tahunan, dan ibadah haji merupakan timbangan usia.

Untuk itu setiap individu dari kaum muslimin harus berusaha menyelamatkan harinya dahulu. Kemudian pekannya, bulannya, dan tahunnya. Hingga akhirnya keselamatan umurnya secara keseluruhan. Di samping itu ada kewajiban zakat yang berupa apa saja dari hasil usaha hamba beriman; tanaman maupun buah-buahan. Dengan demikian seorang muslim senantiasa waspada dan penuh perhatian terhadap perjalanan waktunya, sehingga ia tidak menunda pembayaran yang telah ia janjikan dan amal yang akan ditunaikan.* (Gian)

*disarikan dari Waktu dalam Kehidupan Muslim karya Syaikh Yusuf al-Qardhawi