Pentingnya Menyaring Informasi Buruk Bagi Diri

DAARUTTAUHIID.ORG | Di era media digital saat ini, kita banyak mendengar berbagai berita buruk. Bagaimana respon atau sikap kita ketika mendengar dan membaca berita buruk?

Setiap kali kita mendengar berita buruk, hendaknya kita menghindar sebisa mungkin. Jangan sampai larut dalam cerita tersebut dan memberikan komentar yang buruk. Bahkan memicu perdebatan atau spekulasi, tanpa mempertimbangkan apakah informasi tersebut benar atau hanya desas-desus.

Seorang mukmin harus bijak dalam menyikapi berita yang mereka dengar, terutama jika berita tersebut mengandung keburukan atau fitnah. Orang mukmin harus selektif terhadap informasi yang diterima. Jika berita yang disampaikan adalah kebaikan, maka mendengarkannya diperbolehkan.

Syekh Ali menegaskan pentingnya untuk bersikap tegas dalam menghadapi pembawa berita buruk atau fitnah. Menurutnya, sikap terbaik adalah menolak secara halus namun tegas agar tidak terlibat dalam penyebaran keburukan.

Kita harus bisa menolak untuk tidak mau mendengar berita buruk dan tidak ada rasa keinginan tahuan. Hal ini sebagaimana yang dilakukan Syekh Ali Jaber, ia dengan tegas meminta agar pembawa berita buruk tersebut diam dan menghentikan pembicaraannya. Ini menjadi contoh nyata bagaimana seorang mukmin harus menanggapi fitnah dengan tegas.

Syekh Ali juga menekankan bahwa kita tidak perlu mengetahui setiap keburukan atau kesalahan yang dilakukan oleh orang lain. Sikap terbaik adalah menjaga hati dan pikiran dari fitnah, karena mendengar berita buruk hanya akan merusak keimanan dan mengotori hati. “Saya bilang, diam. Saya gak mau tahu,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa dalam kehidupan seorang mukmin, agar senantiasa untuk menjaga hubungan baik dengan Allah Ta’ala. Jangan hanya sibuk  memperhatikan perilaku kesalahan atau buruk orang lain.

Fokus utama seorang mukmin ialah menjaga diri dari azab-azab yang akan diberikan oleh Allah Ta’ala, bukan menjaga atau berhati-hati kepada manusia.

Pada intinya ialah seorang mukmin harus lebih peduli terhadap hubungannya dengan Allah Ta’ala, dibandingkan dengan urusan duniawi yang sering kali dipenuhi fitnah dan gosip yang mengundang dosa.

Perintah agar menghindari berita buruk untuk menjaga diri dari berbagai penyakit hati, agar hati selalu bersih dan fokus pada ibadah kepada Allah Ta’ala. (Arga)