Pentingnya Menjaga Keistiqomahan Beramal Selama Bulan Ramadhan
DAARUTTAUHIID.ORG | Bulan Ramadhan bukan hanya bulan untuk memperbanyak amal shaleh dalam sekali satu hari atau sebulan. Akan tetapi, seorang muslim harus bisa menjaga keistiqomahan ibadah selama bulan suci. Ramadhan juga sebagai momentum untuk meningkatkan amal shaleh. Pada bulan Ramadhan juga, pahala dari ibadah yang dilakukan umat Islam akan dilipatgandakan oleh Allah Ta’ala.
Ibadah-ibadah yang dilakukan selama bulan Ramadhan tidak hanya ibadah wajib. Akan tetapi dianjurkan memperbanyak amalan-amalan sunah, seperti shalat sunah Terawih, witir, tahajud, merasa cukup dan tidak boros, dan amalan-amalan lainnya.
Untuk menjaga keistiqomahan dalam beribadah selama bulan Ramadhan, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk merawat semangat ibadah selama dan sesudah bulan Ramadhan, di antaranya:
Pertama adalah hindari makan terlalu kenyang. Sudah menjadi kebiasaan, waktu berbuka puasa seolah menjadi momen “balas dendam” setelah seharian penuh menahan lapar dan dahaga, dengan menyantap segala sajian yang ada di atas meja.
Sehingga membuat perut kekenyangan sehingga menyebabkan malas bergerak, termasuk untuk beribadah. Inilah penyebab umum malas beribadah, terutama shalat tarawih, yang dialami banyak orang saat Ramadhan. Makan terlalu kenyang merupakan bentuk perilaku berlebihan yang dilarang oleh agama. Allah Ta’ala berfirman yang artinya:
“Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” (QS Al-A’raf: 31).
Ayat ini dengan tegas menyampaikan bahwa melarang kita untuk bertindak berlebihan. Sesuatu yang baik akan mengundang petaka jika dilakukan melampaui batas. Maka pada bulan Ramadhan jangan makan terlalu berlebihan, karena dapat menyebabkan malas dalam beribadah. Kalau meninggalkan amalan-amalan ibadah selama bulan Ramadhan, maka seseorang akan banyak kehilangan pahala yang berlipatganda.
Adapun porsi makan yang ideal sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam juga pernah bersabda yang artinya:
“Tiada tempat yang manusia isi yang lebih buruk daripada perut. Cukuplah bagi anak Adam memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun, jika ia harus (melebihinya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk bernapas.” (HR At-Tirmidzi).