Pemuda, Jangan Berputus Asa
Kiat supaya pemuda memperoleh kemenangan dalam mencapai segala cita-citanya, hendaklah ia mempunyai dada yang lebar, pemahaman yang luas, dan tidak bersikap pesimis dalam memandang dunia. Hendaklah pemuda memandang segala yang baik agar senantiasa optimis atau tafa’ul. Orang yang memandang dunia ini dari segi buruknya saja, tidak akan berhasil maksudnya dan tidak akan tercapai semua cita-citanya.
Dunia dan Optimisme
Dunia ada yang gelap, ada yang terang. Ada yang buruk, ada yang baik. Ada yang manfaat, ada yang mudharat. Ada kebajikan, ada kejahatan. Allah Ta’ala menjadikan malaikat sebagai lambang dari kebaikan. Sementara manusia di dalam menegakkan kemanusiaannya berjalan di antara dua perjuangan, sehingga membutuhkan sebuah pedoman. Pedoman itu ada di dalam hati sendiri.
Kalau hati lemah dan pemahaman sempit, kejahatan dunia sajalah yang terlihat. Namun kalau hati lapang dan iman teguh, akan terlihat nur ilahi bercahaya gilang gemilang. Terlihat betapa teguh iradat Allah Ta’ala, dan betapa lemahnya kodrat manusia. Imam al-Ghazali adalah seorang filsuf Islam yang sangat berpendirian optimis di dalam hidupnya. Beliau pernah berkata, “Laysa fil imkani abda’a mimma kani,” yang bermakna tidak mungkin lebih bagus dari apa yang ada ini.
Takdir Bani Adam
Cobalah perhatikan Nabi Adam dan Siti Hawa, akibat satu kesalahan yang besar di dalam surga karena tipu daya iblis, mereka pun terusir ke ke alam dunia ini karena kesalahan tersebut. Pengusiran itu adalah nasib yang sejelek-jeleknya bagi Nabi Adam dan Siti Hawa. Namun bagaimana pun itu adalah perjalanan nikmat bagi anak cucu Bani Adam yang telah ditakdirkan Allah Ta’ala. Mereka mengajarkan untuk senantiasa berjuang mendapat ampunan Allah, dan mengubah murka-Nya menjadi rida-Nya.
Manusia hidup di dunia berjuang mencapai arti hidup yang sebenarnya. Manusia seakan berenang di dalam lautan hayat, dipukul oleh ombak dan gelombang. Allah yang Rahman dan Rahim tentu tidak membiarkan hamba-Nya tersesat dan tenggelam. Oleh karena itu, diutuslah nabi-nabi dan rasul-rasul yang membawa petunjuk. Diubah pula kata bahwa dunia yang tadinya tanah pengusiran menjadi tanah warisan; diwariskan kepada hambanya yang sudi beramal saleh dan berbuat kebajikan. Dengan itu manusia dapat kembali ke surga dengan ketakwaan dan kasih sayang Allah.
Surga dan Cobaan Hidup
Boleh kita memastikan kalau bukanlah karena pelanggaran memakan buah terlarang, tentulah al-Quran dan kitab-kitab suci lain tidak akan diturunkan untuk menunjukkan cinta Allah kepada makhluk-Nya yang dibuang. Kita lebih senang mendapat surga sesudah pergelutan sengit di dalam hidup, bergelimangan keringat dan air mata, daripada memperoleh surga yang tidak dapat ternilai harganya padahal kita tidak pernah menderita sakit diterjang cobaan hidup.
Berdasar pada bukti-bukti itu, maka kita ulang seruan kepada pemuda, supaya mereka jangan lekas mengeluh. Jangan putus asa jika melihat kejahatan terbentang di hadapan mata. Kalau tidak ada kejahatan, mana orang tahu memiliki kebajikan. Kalau tidak ada kejahatan, maka tidak akan dapat dibuktikan bahwa setan itu ada. Kewajiban kita ialah berlomba menegakkan keadilan di samping setan mempropagandakan kejahatannya. Tegakkan budi di tengah-tengah manusia dan hidupkan cahaya Allah di dalam jiwa kita masing-masing. Itulah perjuangan. Itulah hidup yang Wal aqibatu lil muttaqin; kemenangan akhir akan diberikan Allah bagi orang-orang yang bertakwa. (Gian)
ket: ilustrasi foto diambil saat sebelum pandemi