Pemuda dalam Pandangan Islam
Pemuda memiliki peranan penting dalam Islam. Pemuda merupakan usia ideal serta mempunyai beberapa keutamaan. Salah satu keutamaan pemuda dalam Islam yakni pemuda memiliki sifat pemberani.
Allah SWT berfirman:
فَمَآ ءَامَنَ لِمُوسَىٰٓ إِلَّا ذُرِّيَّةٌ مِّن قَوْمِهِۦ عَلَىٰ خَوْفٍ مِّن فِرْعَوْنَ وَمَلَإِي۟هِمْ أَن يَفْتِنَهُمْ ۚ وَإِنَّ فِرْعَوْنَ لَعَالٍ فِى ٱلْأَرْضِ وَإِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلْمُسْرِفِينَ
Artinya: “Maka tidak ada yang beriman kepada Musa, melainkan pemuda-pemuda dari kaumnya (Musa) dalam keadaan takut bahwa Fir’aun dan pemuka-pemuka kaumnya akan menyiksa mereka. Sesungguhnya Fir’aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya Dia termasuk orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Yunus [10]: 83).
Allah SWT pun mengisahkan dalam Al-Quran tentang pemuda, “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS. al-Kahfi [18]: 13).
Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya Allah SWT benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah.” (HR.Ahmad). Kata shabwah dalam hadis tersebut dijelaskan dalam Kitab Faidhul Qadir (2/263) sebagai pemuda yang tidak memperturutkan hawa nafsunya.
Sejarah Islam menyebutkan mayoritas Nabi diangkat di usia muda atau remaja. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, “(Ingatlah) ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: ‘Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.’”
“Ayah berkata: ‘Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.’” (QS. Yusuf [12]: 4-5).
Karakter Pemuda Ideal
Pemuda berperan penting dalam kehidupan sebuah bangsa. Maju mundurnya sebuah bangsa bergantung pada kondisi para pemudanya. Apabila pemudanya berjiwa maju, berjiwa besar, serta berjiwa kepemimpinan, maka bangsa tersebut akan maju, besar dan mampu memimpin peradaban dunia. Sebaliknya masa depan bangsa akan suram saat pemudanya menghabiskan waktunya untuk hal sia-sia, apalagi bertentangan dengan nilai-nilai agama, misalnya mabuk-mabukan, tawuran, pornografi, pornoaksi, dan berzina.
Sejarah Islam mengenalkan kita pada sosok pemuda seperti Mush’ab bin Umair, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, dan Abdurrahman bin Auf yang merupakan sahabat dijamin masuk surga. Mereka memiliki karakteristik: Pertama, selalu menyeru kepada al-Haq (kebenaran) sesuai firman Allah dalam QS. al-A’raf [7]: 181. Kedua, mencintai Allah dan Ia pun mencintai mereka seperti firman Allah dalam QS. al-Maidah [5]: 54. Ketiga, saling melindungi dan saling mengingatkan satu sama lain serta taat menjalankan ajaran agama sesuai dengan firman-Nya dalam QS. at-Taubah [9]: 71.
Keempat, memenuhi janjinya kepada Allah SWT, seperti firman-Nya dalam QS. ar-Ra’d [13]: 20. Kelima, tidak ragu-ragu dalam berkorban dengan jiwa dan harta mereka untuk kepentingan Islam, seperti firman Allah SWT dalam QS. al-Hujurat [49]: 15.
Keenam, yang (tumbuh) selalu beribadah kepada Allah dan hatinya senantiasa terpaut dengan masjid. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah tentang tujuh golongan yang mendapatkan naungan Allah pada hari tidak ada naungan selain naungan-Nya, salah satunya adalah laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid. (HR. Bukhari dan Muslim). Pemuda dengan keenam karakter tersebut adalah aset berharga sebuah bangsa. (Ana)
ket: ilustrasi foto diambil saat sebelum pandemi