Pasangan adalah Ujian

Allah berfirman dalam Surah al-Anfal [28] ayat 28, Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai ujian dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar.”

Dalam ayat ini Allah Ta’ala memperingatkan tentang keluarga kita. Berhati-hatilah dalam menyikapi kehadiran anak dan pasangan hidup. Apalagi untuk mereka yang menjalin hubungan namun belum resmi dengan ikatan pernikahan. Berhati-hatilah dengan hubungan yang belum resmi, karena di sana terdapat jebakan setan yang besar sekali. Periksalah diri ketika mencintai pasangan kita.

Saudaraku, jangan mudah terlena dengan lagu-lagu zaman sekarang yang banyak sekali mengumbar hawa nafsu. Apalagi jika kita perhatikan, anak-anak muda zaman sekarang yang seolah hidupnya tak lengkap jika tidak berpacaran. Mereka punya lagu-lagu yang sudah seperti lagu kebangsaannya. Lagu-lagu tersebut banyak sekali dipenuhi dengan syair yang sia-sia.

Pemujaan terhadap pasangan yang sangat berlebihan, seolah-olah kehidupan tak akan berjalan tanpa kehadirannya. Seolah-olah kerugian besar akan datang jika pasangannya meninggalkannya. Perhatikanlah slogan-slogan ini: “hidupku hanya untukmu” atau “cintaku hanya padamu”, juga “tanpa dirimu hidupku hampa tak bermakna”, dan ada pula “engkau adalah denyut jantungku”. Kalimat-kalimat yang menjadi wujud sikap berlebihan seseorang dalam mencintai. Ini adalah sikap yang sia-sia bahkan membahayakan iman.

Demikian juga bagi mereka yang sudah terikat dengan tali pernikahan, hendaknya tidak berlebihan dalam menunjukkan rasa cinta dan sayang. Jangan pula memamerkan romantisme di hadapan banyak orang. Karena sesungguhnya keharmonisan dan romantisme itu justru akan terpancar dengan sendirinya secara natural.

Kehangatan dalam kehidupan berumah tangga dengan sendirinya akan berpengaruh juga dalam kehidupan bertetangga. Keharmonisan di dalam rumah akan berpengaruh pada hubungan yang baik dengan sesama di luar rumah. Kemesraan adalah hal yang tidak memerlukan akting.

Kemesraan bukanlah hal yang perlu dipamerkan dengan begitu demonstratif di hadapan orang lain. Karena Allah Ta’ala sungguh Mahatahu mana sikap yang sebenarnya dan mana sikap yang hanya berpura-pura. Justru orang lain pun sebenarnya bisa merasakan mana sikap yang apa adanya, dan mana sikap yang hanya berupa hiasan semata. Sikap yang berlebihan biasanya dilakukan karena untuk menutupi sesuatu itu.

Kebahagiaan termasuk kebahagiaan di dalam rumah tangga tidaklah datang dari banyaknya cumbu rayu, banyaknya pujian, rupawannya penampilan, atau bergelimangnya harta kekayaan. Kebahagiaan itu datang dari Allah bagi orang yang senantiasa bersikap menjaga kebersihan hati.

Jangan berlebihan jika memuji pasangan. Teladanilah bagaimana ketika Rasulullah saw memuji istrinya, A’isyah dengan panggilan humaira. Karena memang pipi ummul mu`minin yang merona kemerah-merahan. Pujian Rasulullah kepada istrinya adalah ungkapan yang sederhana dan bersahaja namun meninggalkan kesan mendalam di hati istrinya.

Berhati-hatilah saudaraku, jangan kita jadikan pasangan terlalu mendominasi hati dan pikiran kita. Jangan biarkan diri ini dipenuhi dengan sikap gelisah dan cemburu yang berlebihan. Kita tentu tak jarang menemukan atau mengalaminya sendiri bagaimana pasangan pencemburu itu. Ponselnya selalu diperiksa, pesan singkatnya selalu dibaca satu per satu, jika sedang di luar berkali-kali ditanya sedang di mana dan dengan siapa.

Kita memiliki pasangan bukanlah untuk membuat hati menjadi berpaling. Bukankah pasangan itu pun pemberian dari Allah Ta’ala? Maka tidak sepatutnya pasangan malah menjadikan kita lebih ingat kepadanya daripada ingat kepada Allah. Tidak sepatutnya kita malah jadi lebih cinta kepada pasangan daripada kepada Dzat yang memberi kita pasangan. (KH. Abdullah Gymnastiar)