Orangtua Santri Bersyukur Putranya Lulus Program Dauroh Qolbiyah DT
Datang seorang diri dari Ciamis, Jawa Barat, Nurun Nurmala bahagia dapat menghadiri wisuda putranya, Rafi, yang mengikuti Program Dauroh Qolbiyah (DQ) di Pesantren Daarut Tauhiid (DT). Prosesi acara Wisuda DQ Angkatan ke 88 tersebut, dibuka langsung oleh Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhiid (DT), KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym).
Sebanyak 54 santri didampingi oleh orangtua atau perwakilan keluarganya masing-masing, dilantik sebagai lulusan Santri DQ DT, di Aula Daarul Hajj, oleh Aa Gym, pada Kamis (25/7). Nurun Nurmala tampak berkaca-kaca. Ada rasa haru dan bangga yang menyelimuti dirinya, saat Rafi diwisuda oleh Aa Gym
“Subhanallah, dengan tidak melupakan rasa syukur kepada Allah SWT, Yang Maha dari segala Maha, saya sangat bersyukur memiliki anak seperti Rafi. Dia orangnya memiliki keinginan untuk merubah diri, karena setelah masuk pesantren di sini Rafi banyak perunbahan. Dari cara dia berbicara dengan ibunya pun sudah berubah, dari sebelum mesantren dengan setelah di pesantren. Harapan dia tetap istiqamah, apa yang menjadi hasil selama tinggal di pesantren, semoga dapat di amalkan. Ya, minaimal dia punya ilmu bekal untuk tinggal di dunia dan nanti di akhirat. Sekarang apa pun yang Rafi ingin lakukan, saya akan dukung selama positif, dan kabarnya rafi sangat betah di DT, dan mau ngelanjutin progam mesantren di DT,” tuturnya.
Sambil menunggu antrian untuk berfoto bersama Aa Gym, rafi juga menyampaikan kesannya selama menjalani pendidikan Program DQ ini. Katanya, waktu terasa begitu cepat. Rasanya baru kemarin ia menjalani orientasi santri di Aula Gedung Daarul Hajj, kini ia sudah diwisuda.
“Jujur saya merasa kerasan tinggal di Pesantren Daarut Tauhiid (DT). Kalau mamah mengijinkan, saya ingin melanjutkan mengikuti program-program mesantren di sini, walapun nanti kuliah di luar pesantren. InsyaAllah setiap libur kuliah saya mau berkunjung ke DT, dan nanti sebelum pulang, mau tanya-tanya dulu perihal program-program pesantren,” katanya.
Rafi juga menngungkapkan, orang-orang yang ada di DT sangat baik, dan metode belajar yang diberikan kepadanya, mudah untuk dipahami. Ia pun mengucapakan rasa terima kasihnya kepada para pembimbing yang telah membimbing dirinya selama di DT, khususnya Musyrif Adam, dan Musyrif Kemal.
“Sebenarnya di sini tu mengajarkan keterpaksaan. Maksudnya dari yang tidak biasa menjadi biasa, yang biasanya di rumah habis makan bekasnya ditinggal aja di meja makan, kalau di sini bekas makan piringnya cuci sendiri. Segitu juga kesannya sudah berati banget,” ungkapnya.
(Sukmara Galih)