Nabi Yusuf (4): Pengelolaan Ekonomi, Salah Satu Aset Menuju Tampuk Kekuasaan
“Berkata Yusuf: ‘Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.’” (QS. Yusuf [12]: 46)
Raja Mesir menambatkan masa depan Mesir kepadanya. Yusuf dianggap sebagai orang yang tepat dan siap menghadapi krisis ekonomi yang akan didera 7 tahun ke depan.
Yusuf didaulat menjadi bendaharawan. Ia diberi kewenangan untuk berencana, mengatur, dan mengambil kebijakan-kebijakan teknis di lapangan. Bahkan, Raja senantiasa menyampaikan kepada Yusuf agar setiap tindakan bisa sinergis demi menjaga dan menyelamatkan Mesir yang dicintainya. Tampillah Yusuf menjadi jantung yang menyuplai segenap kebijakan yang ditetapkan di sana.
Masa tujuh tahun pertama (yaitu masa berlimpah) terlampaui. Berikutnya bersiap menghadapi masa paceklik. Seantero wilayah Mesir dan sekitarnya merasakan. Berkat keterampilan Yusuf, Mesir mampu menyimpan cadangan kebutuhan ekonomi tidak hanya untuk menghidupi Mesir, bahkan membantu wilayah lain yang kekurangan.
Banyak utusan luar Mesir datang. Mereka berniat meminta bahan pokok dengan cara barter, termasuk para saudaranya di Palestina. Yusuf mengenal mereka namun mereka tidak mengenalnya. Kesempatan ini Yusuf gunakan untuk menyambung tali silaturahim yang dulu diputuskan saudaranya.
Yusuf memenuhi kebutuhan para saudaranya tanpa mengindahkan barang tukaran mereka. Yusuf meminta para saudaranya membawa adik kandungnya (Bunyamin) jika mau menukar kembali barangnya.
Sesampainya di rumah, saudara Yusuf memberikan bahan pokok kepada ayahnya dan menceritakan keadaan di sana. Mereka pun menyampaikan bahwa mereka diperbolehkan kembali menukarkan barang seandainya membawa Bunyamin ke sana.
Nabi Ya’qub awalnya menolak. Setelah ia memberikan nasihat agar bertakwa kepada Allah, barulah mempersilakan membawa Bunyamin. Bahkan, ia menambahkan nasihatnya agar memasuki gerbang Mesir melalui pintu yang berbeda.
Tatkala Yusuf melihat Bunyamin yang sedang berjalan di salah satu jalan di Kota Mesir, ia segera memanggilnya dan menyampaikan identitasnya. Bunyamin sangat gembira dan menceritakan keadaan ayahnya. Lalu, Yusuf menyampaikan ia akan membawa ayah dan keluarganya untuk bersama-sama menetap di Mesir. Diawali dengan Bunyamin, ia membuat rencana agar Bunyamin bisa tetap tinggal di Mesir.
Rencana pun dijalankan. Setelah para saudara Yusuf cukup dengan kebutuhannya dan berniat pamit, seorang penjaga tiba-tiba menyampaikan ada barang kerajaan yang hilang. Sontak semua yang mendengar kaget. Dengan demikian, diadakanlah pemeriksaan kepada seluruh pendatang dan akan menindaklanjuti pelakunya dengan tidak memperbolehkannya keluar dari Mesir.
Para petugas cekatan memeriksa setiap karung dan mengeluarkan barang yang dicari. Sampai tiba di karung yang dimiliki Bunyamin. Ternyata, barang yang dicari yaitu piala raja ada di dalamnya. Dengan demikian, Bunyamin dinyatakan bersalah dan tidak boleh keluar dari Mesir.
Para saudaranya berupaya kuat membebaskan Bunyamin. Mereka memohon agar Yusuf berkenan membebaskannya demi ayahnya di Palestina, yang akan bersedih karena kehilangan anak kedua kalinya. Namun, Yusuf menolak permohonannya dan meminta mereka meninggalkan Mesir tanpa Bunyamin.
Di rumah, Nabi Ya’qub menunjukkan rasa terpukul dan bersedih hati. Ia bersedih atas kehilangan kedua buah hatinya (Yusuf dan Bunyamin). Setiap harinya menunjukkan kesedihan yang semakin dalam hingga matanya memutih dan menjadi buta. Ia meminta para saudaranya agar menginformasikan setiap kabar terbaru tentang Bunyamin.
Begitulah selanjutnya, saudara Yusuf bolak-balik dari Palestina menuju Mesir untuk mendapat tukaran bahan pokok dan mengetahui kabar Bunyamin. Hingga suatu saat Yusuf memanggil mereka dan membuka identitas dirinya. Para saudaranya malu dan meminta maaf. Mereka menyampaikan keadaan Nabi Ya’qub. Maka, Yusuf memerintahkan mereka untuk membawa Nabi Ya’qub tinggal bersamanya (memimpin) di Mesir. Kekuasaan pun kini dalam genggaman. Wallahu a’lam.
Oleh : Ustadz Edu, sumber foto : deviantart.com/weaselwoman