Muliakan Quran agar Hidup Bermakna
Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamiin. Segala puji hanya milik Allah SWT, Dzat Yang Maha Menciptakan segalanya. Semoga Allah Yang Maha Sempurna, menganugerahkan kepada kita kebeningan hati sehingga kita tergolong orang-orang yang mudah menerima hidayah dan istiqamah. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad saw. Semoga kita termasuk umat Nabi Muhammad yang mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak.
Saudaraku, mukjizat terbesar yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya adalah al-Quran. Allah mengutus Nabi Muhammad saw untuk menyampaikan al-Quran kepada seluruh umat manusia, sehingga al-Quran menjadi pedoman hidup umat manusia sampai akhir zaman.
Allah berfirman, “Dan sesungguhnya al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS. asy-Syuaraa [26]: 192-195).
Al-Quran, baik yang tertulis di dalam mushaf maupun yang terdengar manakala dibacakannya oleh manusia, adalah kalam Allah SWT. Tiada satu pun kata yang berasal dari makhluk. Tiada satu pun makhluk sehebat apa pun, bahkan sekalipun bersatu seluruh makhluk, jin dan manusia untuk membuat ayat-ayat yang serupa dengan ayat-ayat Quran. Sungguh tidak akan ada yang mampu melakukannya. Al-Quran adalah mukjizat agung dan sangat luar biasa ditinjau dari sisi manapun, baik dari sisi susunan kebahasaan, kedalaman makna, perumpamaan-perumpamaan, atau berita-berita tentang masa lalu atau pun masa depan yang terkandung di dalamnya.
Allah berfirman, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.’” (QS. al-Israa [17]: 88).
Allah pun mewahyukan kepada nabi Muhammad saw agar beliau meminta kepada orang-orang yang meragukan dan mendustakan al-Quran, untuk membuatkan satu surah saja yang bisa menandingi surah di dalam al-Quran. Tetapi, tiada seorang pun yang bisa melakukannya.
Allah SWT berfirman, “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surah (saja) yang semisal al-Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. al-Baqarah [2]: 23).
Saudaraku, Quran adalah kalam Allah, dan pasti benar. Al-Quran bersih dan suci dari unsur kebohongan. Tak ada sedikit pun cacat di dalamnya. Al-Quran menjadi pedoman hidup bagi seluruh umat manusia, kapan pun dan di mana pun. Inilah yang membedakan al-Quran dari mukjizat-mukjizat lain yang Allah turunkan kepada para utusan-Nya.
Mukjizat yang Allah turunkan kepada Nabi Musa, misalnya yaitu manakala tongkat beliau berubah menjadi seekor ular besar, maka mukjizat tersebut hanya bisa disaksikan atau diindera oleh manusia yang hidup pada masa itu saja. Demikian pula dengan bahtera Nabi Nuh, atau ketika Nabi Ibrahim tetap selamat meski berada di dalam kobaran api yang sangat besar dan panas. Semua mukjizat ini adalah mukjizat agung yang bisa diindera hanya oleh manusia pada masa itu.
Berbeda dengan Quran yang mana untaian kalimat-kalimatnya, kedalaman maknanya, keluhuran bahasanya, dan berbagai keistimewaan lainnya tetap bisa dijangkau oleh manusia yang hidup pada zaman kapan pun. Baik itu di zaman ketika Nabi Muhammad masih hidup, maupun oleh manusia yang hidup puluhan abad setelah beliau wafat, bahkan hingga akhir zaman. Masya Allah!
Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. al-Hijr [15]: 9).
Lantas apakah ada orang-orang yang tidak hanya meragukan, namun juga mengganggu, merendahkan, mendustakan, hingga mencoba membuat ayat-ayat tiruan yang semisal dengan al-Quran? Jawabannya adalah banyak. Bahkan orang-orang seperti ini sudah muncul sejak Nabi Muhammad saw masih hidup. Nama yang paling terkenal karena pengingkarannya terhadap Quran adalah Musailamah al-Kadzab. Ada juga Tulaihah dan Habalah bin Kaab.
Pada masa kekinian kita pernah mendengar nama Salman Rusydi yang menulis novel berjudul Satanic Verses, yang isinya merendahkan dan menghina al-Quran dan Nabi Muhammad. Kemudian, di Amerika sempat muncul nama Terry Jones, seorang pendeta yang menghina Quran dengan cara yang demonstratif dan diperlihatkan kepada media, yaitu dengan cara membakarnya.
Berbagai sikap tidak terpuji lainnya pun bermunculan di tempat lain termasuk di negeri kita. Namun, apakah dengan hinaan-hinaan seperti itu al-Quran menjadi hina? Tidak. Al-Quran tetap agung, mulia, terjaga kesuciannya karena ini adalah janji Allah SWT. Penghinaan terhadap Quran, atau terhadap agama Islam, atau bahkan terhadap agama yang lain pun adalah sikap tercela dan pelanggaran hukum. Tidak boleh orang-orang seperti ini dibiarkan begitu saja, karena akan menimbulkan mudharat yang lebih besar.
Bagi kita, munculnya orang-orang seperti ini merupakan ujian sekaligus ladang amal. Ujiannya adalah ujian kesabaran bagaimana kita menyikapi kejadian seperti itu dengan sikap-sikap yang diridai oleh Allah. Ada pun ladang amalnya adalah bagaimana kita bisa jeli menjadikan kejadian seperti ini sebagai motivasi agar kita semakin dekat dan akrab dengan al-Quran.
Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang gampang sekali emosi manakala Quran direndahkan oleh orang lain, tetapi kita tidak gampang untuk membacanya. Jangan sampai kita mudah tersinggung manakala al-Quran dinistakan, tapi kita tidak mudah untuk membukanya dan mempelajarinya, apalagi mengamalkannya. Rasa emosi dan ketersingungan kita saat ada orang yang merendahkan Quran merupakan hal yang sangat wajar dan manusiawi, karena adanya perasaan seperti ini menjadi indikasi kecintaan dan keyakinan kita pada al-Quran.
Namun, marilah kita sikapi dengan langkah yang lebih baik. Boleh kita emosi, boleh kita tersinggung, tapi tambahilah dengan tekad bulat untuk semakin mencintai al-Quran dengan cara semakin rajin membukanya, membacanya, hingga mengerti isinya, memahami tafsirnya. Dan jauh lebih indah lagi manakala kita bisa menghafalnya, mengamalkannya, dan mengajarkannya. Jika kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang demikian, insya Allah Islam akan semakin tampak keagungannya. Al-Quran pun akan semakin terasa kemuliaannya. (KH. Abdullah Gymnastiar)