Muhammad, Khatamin Nabiyyin
Beberapa waktu lalu negeri kita sempat dikagetkan dengan kemunculan orang yang mengaku sebagai nabi terakhir. Meskipun belum tuntas, tapi dengan cepat Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberikan peringatan sekaligus sedang berupaya membereskan persoalan tersebut.
Munculnya orang yang mengaku-ngaku sebagai nabi dan kasus penyimpangan agama tidak lepas dari kurangnya pemahaman akidah dan krisis nasional, yang mengakibatkan masyarakat mencari sosok ideal yang dianggapnya dapat menyelesaikan semua persoalan. Ketidakpahaman konsep khatamin nabiiyin wal mursalin (nabi dan rasul terakhir) menjadikan umat bisa terjerumus dalam kesesatan. Untuk itu umat Islam perlu memahaminya berdasarkan sumber ajaran Islam yang benar.
Dalam al-Quran dan Hadis
Sebagaimana telah diketahui, Muhammad bin Abdullah merupakan Nabi dan Rasul Allah terakhir. Allahu Ta`ala dalam al-Quran surat Ash-Shaff ayat 6 berfirman, “Ingatlah ketika Isa putra Maryam berkata kepada Bani Israil, ‘Hai Bani Israil, aku adalah Rasul Allah untukmu yang membenarkan Taurat yang datang sebelum aku, serta memberikan berita gembira akan datang seorang Rasul sesudahku yang bernama Ahmad’, tetapi setelah Rasul datang dengan membawa keterangan, mereka mengatakan ‘inilah sihir yang nyata.’”
Ahmad dalam ayat tersebut adalah nama lain Nabi Muhammad saw. Dalam hadis yang dikeluarkan al-Bukhari (3532), Muslim (3254) dan at-Tirmidzi (284), dari Jabir bin Muth’im, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Saya memiliki nama-nama: Saya Muhammad, saya Ahmad , Saya Al-Mahi, dimana dengan perantaraanku Allah menghapus kekufuran. Saya Al-Hasyir, yang mana manusia nanti akan dikumpulkan di hadapanku. Saya juga bernama Al-’Aqib, yaitu yang tidak ada nabi lagi yang datang sesudahku“. Hadis ini menegaskan bahwa rasul yang bernama Ahmad tersebut tidak lain adalah Rasulullah Shollahu ’Alaihi Wasallam (saw) sendiri yang menjadi Nabi dan Rasul terakhir
Ada juga hadis lainnya, “Rantai kerasulan dan kenabian telah sampai pada akhirnya. Tidak akan ada lagi rasul dan nabi sesudahku.” (HR.Tirmidzi, Ahmad). Keterangan ini dikuatkan juga dengan firman Allah dalam al-Quran Surah al-Ahzab [33] ayat 40, ”Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah (Rasulullah) dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Ahmad Sahidin)