Milad Daarut Tauhiid, Refleksi Dakwah 30 Tahun
Daarut Tauhiid (DT) baru saja memasuki usia 30 tahun, tepatnya pada 4 September 2020 lalu. Berbagai ucapan dan doa mengalir dari para jamaah, santri, dan berbagai elemen masyarakat lainnya. Selama 30 tahun DT terus mengembangkan dakwahnya.
Saat ini, DT telah membuka cabang di berbagai tempat. Cabang DT antara lain DT Jakarta, DT Serua, dan DT Batam. Sedangkan untuk masjid, DT membangun masjid Eco Pesantren di Cigugur Kabupaten Bandung, Gaza Palestina, dan wakaf Masjid al-Latief di Perth Australia.
Jati Diri sebagai Lembaga Dakwah
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyatakan bahwa jati diri diartikan sebagai ciri-ciri gambaran atau keadaan khusus seseorang; identitas dan inti, jiwa, semangat, dan daya gerak dari dalam; spiritualitas. Sedangkan DT adalah lembaga dakwah yang menjadikan tauhid sebagai landasan, pokok, dan cita-cita perjuangannya.
DT menegaskan jati dirinya sebagai lembaga dakwah. Secara bahasa, dakwah berakar dari kata da’a, yad’u, da’watan, yang artinya ajakan, seruan, atau panggilan. Secara istilah, dakwah berarti ajakan kepada orang lain, baik dengan perkataan maupun perbuatan, kepada kebaikan (al khair), menyuruh orang lain untuk mengerjakan hal-hal yang berpahala (al ma’ruf), serta mencegah orang lain untuk melakukan hal-hal yang berdosa (al munkar).
Definisi tersebut sesuai dengan firman Allah SWT, “Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imran [3]: 104). Dengan landasan ini, maka DT sebagai lembaga dakwah dalam setiap aktivitasnya bertujuan mengajak umat pada kebaikan, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Dengan demikian maka segala bentuk aktivitas dan usaha yang dilakukan oleh DT haruslah bernilai dan bertujuan dakwah. Serta menghindarkan diri dari segala bentuk aktivitas yang mencemari jalan dakwah.
Tauhid sebagai Landasan, Pokok, dan Cita-cita
Secara bahasa tauhid berasal dari kata wahhada, yuwahhidu, tauhidan yang berarti tunggal (satu) atau esa. Sedangkan secara istilah, tauhid berarti mengesakan Tuhan (Allah) dari segala sesuatu. Tauhid sebagai pembebas yakni membebaskan manusia atas manusia lain, kembali kepada penyembahan kepada Allah SWT. Tauhid merupakan komitmen manusia kepada Allah sebagai fokus segala hormat, rasa syukur, dan satu-satunya sumber nilai.
DT menjadikan tauhid sebagai landasan dalam beramal dan beraktivitas. Hanya dengan ikhlas karena Allah SWT, setiap amal dapat bernilai dan berpahala. Tanpa ketauhidan, segala amal dan ibadah akan sia-sia sebagaimana, Allah SWT memperingatkan dalam al-Quran, “Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. al-An’am [6]: 88). (Ana)
Pesan Aa Gym untuk Para Santri
“Daarut Tauhiid memasuki usianya ke-30 tahun adalah karunia Allah SWT semata. Daarut Tauhiid telah ada di Lauhul Mahfudz jauh sebelum para pendirinya dilahirkan. Keikhlasan adalah kunci diterimanya amal. Jangan pernah sekali pun merasa berjasa karena semakin kita merasa diri kita berjasa, makin ujub, sungguh Allah tidak menyukainya.”