Menyambangi Daya Pikat Masjid Pintu Seribu
Pernah mendengar Masjid Pintu Seribu? Bagi warga Tangerang dan sekitarnya, nama ini sudah pasti tidak asing. Meski nama resminya adalah Masjid Agung Nurul Yaqin, namun lebih populer dikenal sebagai Masjid Pintu Seribu.
Sesuai namanya, daya pikat utama adalah jumlah pintu yang ada di sini. Konon, jumlah pintu di masjid ini ada seribu. Walau tidak ada data pasti yang menunjukkan jumlah pintu di masjid memang berjumlah seribu, tapi masyarakat sekitar dan para pengunjung kadung meyakininya. Nama Masjid Pintu Seribu pun dilekatkan di masjid yang terletak di Kampung Bayur, Tangerang, Banten.
Bangunan Menyerupai Benteng
Selain jumlah pintu yang sangat banyak, keunikan lain di masjid ini adalah gaya arsitekturnya. Sekilas jika dilihat dari jauh, masjid ini menyerupai benteng abad pertengahan. Berbentuk persegi empat di lahan seluas satu hektar dengan tiga lantai menjulang. Nyaris setiap lantai memiliki pintu yang menghubungkan satu ruangan ke ruangan lainnya. Tepat di tengah-tengah masjid, ada lapangan luas yang mampu menampung ribuan orang.
Selain itu, masjid ini memiliki banyak lorong dan ruangan kecil berukuran 4 meter persegi yang disekat-sekat. Setiap ruangan diberi nama dan biasanya digunakan untuk beribadah bagi para pengunjung perempuan atau tempat sekadar melepas lelah. Luar biasanya, lorong dan ruangan kecil juga ada yang dibangun di bawah tanah, yang semakin memperkuat kesan layaknya benteng.
Khusus ruangan di bawah tanah, setelah menelusuri lorong yang remang-remang dan agak lembab, pengunjung menemui satu ruangan khusus untuk berzikir (berdiam diri sembari berdoa). Aura kedamaian sangat terasa di ruangan ini. Apalagi di dalam ruang juga ada tasbih berukuran raksasa, yang setiap butir tasbih ditulis nama-nama Allah (asmaul husna). Hanya saja untuk dapat mengaksesnya, tidak setiap pengunjung diperbolehkan. Harus ada izin dari pihak pengelola masjid dan akan didampingi oleh juru kuncinya (kuncen).
Masjid ini pun dibangun tanpa menggunakan gambar rancang, sehingga tidak ada pola dasar yang menampilkan corak arsitektur tertentu. Hanya saja, jika dicermati dari beberapa bentuk bangunan seperti pintu gerbang dan ornamen-ornamen lainnya, tampak mengikuti arsitektur zaman Baroque (gaya bangunan Eropa abad ke-16). Ada juga bangunan yang menyerupai arsitektur suku asli Amerika, Maya dan Aztec.
Keunikan lainnya, di Masjid Pintu Seribu akan ditemui banyak angka 999 yang terpahat atau terlukis di dinding bangunan. Angka ini memiliki nilai filosofis yang mendalam. Yakni menyiratkan 99 nama Allah yang mulia (asmaul husna), dan angka 9 yang terakhir merujuk pada jumlah wali songo (penyebar Islam di Tanah Jawa).
Tujuan Ziarah
Meski oleh warga sekitar tidak digunakan untuk ibadah pekanan (salat Jumat), namun masjid ini tidak pernah sepi dikunjungi. Nyaris setiap hari, selalu ada aktifitas warga sekitar yang datang untuk ibadah harian (salat berjamaah), mengaji (tadarus), maupun melaksanakan kajian keislaman.
Pada hari-hari libur atau hari besar keagamaan, jumlah pengunjung bisa sampai ribuan. Mayoritas berasal dari luar Tangerang, bahkan ada dari luar Jawa hingga mancanegara. Para pengunjung ini datang selain berlibur menikmati keunikan masjid, tidak sedikit pula yang berniat untuk ziarah.
Menjadi tujuan ziarah karena di dalam kompleks masjid, ada makam pendiri Masjid Pintu Seribu, Syekh Al-Bakhir Mahdi atau al-Faqir. Beliau merupakan ulama keturunan Arab yang mendedikasikan hidupnya menyebarkan agama Islam. Masjid Pintu Seribu ini pun dibangun sebagai salah satu pusat kegiatan keagamaan di pesisir Jawa bagian barat.
Berpotensi Wisata Unggulan
Masjid Pintu Seribu berpotensi menjadi destinasi wisata religi unggulan. Apalagi masjid ini juga telah dimasukkan sebagai salah satu tujuan wisata oleh Dinas Pariwisata Provinsi Banten. Hanya yang patut disayangkan, tindakan tersebut belum diikuti dengan perawatan dan pemugaran bangunan masjid.
Hal ini dikarenakan masjid yang didirikan pada tahun 1978 tersebut, belum rampung pembangunannya. Terutama di lantai tiga masjid, banyak dinding dan atap yang belum selesai dikerjakan. Karena ketiadaan dana, pengelola masjid pun tidak bisa melanjutkan pembangunannya. Termasuk untuk perawatan, banyak bangunan dan ornamen yang rusak. Begitu pula dinding masjid yang tampak kusam dan menimbulkan kesan tidak terawat. Pun dengan pemukiman penduduk di sekitar masjis yang kurang tertata sehingga terkesan kumuh.
Perhatian yang serius dari pemerintah setempat dan swadaya dari masyarakat sekitar untuk merawat masjid ini amatlah diperlukan. Amat disayangkan jika pesona Masjid Seribu Pintu yang gaungnya sudah ke mana-mana, akan pudar karena kurangnya perhatian dan kepedulian untuk menjaganya. (daaruttauhiid)
sumber foto: bacatangerang.com