Menunaikan Hak Orangtua
Saudaraku, ada banyak jalan bagi datangnya azab Allah SWT. Satu di antara yang terbesar adalah durhaka kepada orangtua. Ketika kita sampai menyakiti hati keduanya, membuat air matanya meleleh, membuat tubuhnya tersiksa, membuat perasaannya tercabik-cabik karena perilaku kita, pada saat itulah datangnya azab Allah Azza wa Jalla hanya tinggal menunggu waktu. Kecuali apabila kita segera bertobat dan memohon maaf kepadanya.
Sehebat apapun orang, sejaya apapun dia, setinggi apapun kariernya, sangat mudah bagi Allah untuk menjatuhkan kita pada serendah-rendahnya derajat, apabila yang bersangkutan sampai menyakiti hati ibu dan bapaknya. Bahkan, kehancuran jamaah kaum muslimin bisa berawal dari kedurhakaan salah seorang dari mereka kepada orangtuanya.
Dr. Abdullah Azzam dalam bukunya yang berjudul Wasiyat Al-Musthafa li Ahli Ad-Da’wah menuliskan, “Sungguh, jika kemaksiatan sebesar durhaka kepada kedua orangtua meluas dan merajalela, dia akan dapat merobohkan jamaah Islam secara total dan menjadi faktor utama datangnya kemurkaan Allah Ta’ala.”
Itulah mengapa, al-Quran sangat menekankan hak-hak keduanya serta menganjurkan seorang anak untuk memberikan perlakuan yang terbaik kepada mereka. Dalam al-Quran, kita akan menemukan sejumlah ayat yang berkaitan dengan hak orangtua dan kewajiban kita kepadanya, antara lain:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (QS. Luqman [31]: 14).
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah, ‘Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil’.” (QS. al-Isrâ’ [17]: 23-24)
Al-Quran memberi gambaran yang indah tentang bagaimana seorang anak memperlakukan orangtuanya. Hal ini tersirat dalam kisah Nabi Yusuf beserta ayah dan kerabat dekatnya. ”Maka ketika mereka masuk ke (tempat) Yusuf, Yusuf merangkul ibu bapanya dan dia berkata, ’Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman’. Dan dia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke atas singgasana. Dan mereka (semuanya) merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf …” (QS. Yusuf [12]: 99-100).
Saudaraku, kita layak berkaca kepada Nabiyallah Yusuf , walaupun telah menjadi seorang yang berkedudukan tinggi di negeri Mesir, beliau tidak pernah lupa akan kewajibannya untuk memberikan perhormatan terbaik kepada kedua orangtuanya. Tanpa ada rasa malu, minder, atau merasa tinggi, beliau menyambut kedatangan orangtua dan saudara-saudaranya saat mereka tiba di Mesir. Lalu, membawanya ke istana dan memperlakukannya dengan penuh hormat. Bahkan, sebagaimana digambarkan dalam ayat tadi, Nabi Yusuf memberikan penghormatan tertinggi, yaitu mendudukkan keduanya di atas singgasana. Padahal, inilah tempat yang tidak seorang pun bisa duduk di atasnya kecuali para raja.
Sesungguhnya, apa yang dilakukan Nabi Yusuf menyiratkan sebuah pesan bahwa berbuat baik kepada orangtua, tidak cukup sekadar baik dan memenuhi unsur keadilan, yaitu memperlakukan sesuatu sebagaimana mestinya, akan tetapi harus mencapai tingkat ihsan, yaitu memperlakukannya dengan perlakuan terbaik. Mahabenar Allah Azza wa Jalla dengan segala firman-Nya. (Ninih Muthmainnah)