Menjaga Lisan
Mahasuci Allah yang mengaruniakan lidah kepada kita sehingga kita bisa merasakan nikmatnya berbicara. Pernahkah kita bayangkan bagaimana seandainya kita tidak memiliki lidah? Bisa berbicara kepada anak-anak yang kita cintai, kepada pasangan, kepada orangtua, bisa mengajar, membaca Al-Quran, menyapa tetangga, berteriak kalaada bahaya, atau sekadar mengucapkan selamat kepada yang tengah berbahagia adalah mimpi yang tidak mungkin terealisasi.
Maka, punya lidah adalah nikmat. Bisa berbicara adalah karunia yang tidak terukur harganya. Maka, pernahkah kita menafakuri itu semua untuk kemudian mensyukurinya?
Ya, sesekali luangkanlah waktu untuk memikirkan betapa dahsyat dan melimpahnya karunia Allah Ta’ala kepada kita. Jangan jauh-jauh, kita bisa melihat pada tubuh. Ada pancaindra, tangan, kaki, beserta semua organ yang tidak terlihat yang ada di dalam tubuh.
Tafakuri itu semua, termasuk bagaimana hebatnya karunia Allah berupa lidah atau lisan. Dengan memikirkan atau merenungkan karunia ini, kita akan segera menyadari kebesaran dan kasih sayang-Nya. Dari sinilah akan lahir rasa syukur atas karunia tersebut.
Saudaraku, lisan adalah amanah dari Allah Ta’ala. Dan, yang namanya amanah, dia wajib untuk kita jaga sesuai dengan kehendak Zat Pemberi Amanah. Maka, pastikan, jangan sampai kita berkata-kata, kecuali apa yang kita ucapkan bermanfaat.
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa beriman kepada AlIah dan Hari Akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lain, beliau pun bersabda, “Tidak akan lurus iman seseorang sebelum lurus hatinya dan tidak akan lurus hati seseorang sebelum lurus lidahnya. Dan tidak pernah masuk surga seseorang yang tetangganya tidak aman dari gangguan lidahnya.”
Sesungguhnya orang yang lidahnya senang mengganggu tetangganya diharamkan masuk surga. Suatu hari Nabi saw. pernah mendapatkan laporan perihal seorang perempuan Yang sangat rajin berpuasa dan melakukan shalat Tahajjud, akan tetapi perempuan ini sering menyakiti hati tetangganya dengan lidahnya. Rasulullah saw. pun mengatakan, “Dia berada di neraka.”
Ini artinya, selain memastikan apa yang kita ucapkan penuh manfaat, apa yang kita ucapkan pun harus membawa kebaikan. Allah Ta’ala firmankan dalam Al-Quran, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna.” (QS Al-Mu’minun, 23:1-3)
Saudaraku, ada satu fasilitas dari Allah Ta’ala yang akan menjamin kita terbebas dari maksiat dan aneka kesia-siaan. Fasilitas tersebut adalah zikrullah atau banyak mengingat Allah.
Dengan banyak berzikir, lisan akan terkondisikan untuk senantiasa mengatakan kebaikan dan terhalang dari mengatakan keburukan, semisal ghibah, namimah, atau sekadar mengobrol yang sia-sia.
Maka, alangkah bijaknya apabila kita menggunakan “fasilitas” supermewah ini. Jangan dinanti-nanti, jangan ditunda-tunda, apabila ada kesempatan, segera lakukan. Toh, yang namanya zikrullah bisa dilakukan di mana saja dan dalam kondisi apa saja.
Memang, zikrullah itu ada yang terbatas waktu, tempat, dan terkait dengan peristiwa tertentu, semisal zikir di dalam shalat, zikir setelah shalat, zikir pagi dan petang. Namun, ada pula zikir yang tidak terbatas waktu dan tempat, serta tidak harus selalu terkait dengan peristiwa atau momen tertentu. Zikir pujian termasuk ke dalam katagori jenis ini, semisal Ucapan tasbih, tahmid, tahlil, takbir, hauqalah, istighfar, Shalawat, ataupun zikir Asma’ul Husna. Berikut ini beberapa zikir “bebas” yang dapat kita dawamkan, sehingga kita terjaga dari dosa-dosa lisan sekaligus menambah pundi-pundi pahala di sisi Allah Azza Wa Jalla.
- Tasbih dan Tahmid
Rasulullah saw. kerap menyatukan bacaan tasbih dan tahmid dalam zikirnya. Beliau bersabda, “Siapa mengucapkan ‘subhanalladhi wa bihamdih’ (Mahasuci Allah dan dengan segala pujian hanya untuk-Nya) seratus kali dalam sehari, niscaya dosa-dosanya akan digugurkan walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
Adakah yang tahu berapa jumlah buih di lautan? Tiada seorang yang tahu selain Allah Ta’ala. Artinya, sebanyak apa pun dosa kita, Allah Ta’ala pasti akan mengampuninya asalkan kita sungguh-sungguh bertobat kepada-Nya dan menghiasi tobat tersebut dengan banyak berzikir. Salah satunya dengan mendawamkan ucapan tasbih dan tahmid ini.
- Tasbih, Tahmid, dan Ta’zhim
Ada penggabungan antara ucapan tasbih, tahmid, dan ta’zhim yang bisa kita baca dan kita ulang-ulang dalam banyak kesempatan. Redaksinya berbunyi: subhanallahi wa bihamdihi subhdnalldhil-azhim.
Tentang zikir ini, Rasulullah saw. bersabda, “Ada dua kalimat yang ringan atas lidah, tetapi berat di atas timbangan dan dicintai oleh Allah Yang Maha Pemurah, yaitu subhanallahi wa bihamdihi subhanallahiI-azhim (Mahasuci Allah dan segala pujian untuk-Nya; Mahasuci Allah Yang ‘ Mahaagung).” (HR Al-Bukhari dan Muslim)
- Tahlil, Tauhid, dan Tahmid
Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang membaca Id ilaha illalldhu wahdaha Ia syarikalah, IahuI-mulku, wa Iahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai’in qadir (tiada sesembahan kecuali Allah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dan bagi-Nyalah segala kerajaan dan bagi-Nya segala pujian dan Dia berkuasa atas segala sesuatu), 100 kali dalam sehari, niscaya dia mendapatkan ganjaran seperti membebaskan sepuluh budak, ditulis baginya 100 kebaikan, dihapuskan 100 kejelekannya, dan dia akan terjaga dari setan sejak bacaan ini diucapkan sampai sore. ” (HR Al-Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
- Tasbih, Tahmid, Tahlil, dan Takbir
Keempat ucapan ini bisa kita baca sendiri-sendiri, bisa pula dibaca sekaligus atau dibuat suatu rangkaian zikir. Tidak masalah kita memulainya dari mana.
Rasulullah saw. bersabda, “Kata-kata yang paling Allah cintai ada empat: subhanallah, aI-hamdulillcih, Id ilaha illalldh, dan alldhu akbar. Dengan kata manapun engkau memulainya, tidak masalah !” (HR Muslim dari Samurah)
Beliau pun bersabda, “Inilah kata-kata terbaik setelah Al-Quran dan keempatnya adalah bagian dari Al-Quran. Dengan yang mana pun kamu memulainya, tidak masalah: subhanallah, al-hamdulilldh, Id ilaha illallcih, dan alldhu akbar.” (HR Ahmad dari Samurah)
- Istighfar
Istighfar termasuk zikir yang sangat dicintai Rasulullah saw. Itulah mengapa, beliau sampai bersabda, “Wahai manusia, bertobatlah kalian kepada Allah dan mohonlah ampunkepada-Nya, sesungguhnya aku bertobat 100 kali setiap hari) (HR Muslim)
Dalam riwayat lain, Rasulullah saw. bersabda pula, “Siapa membiasakan istighfar, niscaya Allah akan menjadikan setiap kesedihannya kegembiraan, kesempitannya kelapangan, dan diberi rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka.” (HR Ahmad)
- Hauqalah
Hauqalah adalah sebutan untuk kalimat Iaa haula wa Ia quwwata illa billah. Tiada daya dan kekuatan melainkan dengan Allah. Kalimat ini termasuk kalimat yang sangat dicintai Allah Ta’ala dan banyak diucapkan oleh Rasulullah saw. Dia termasuk salah satu perbendaharaan surga yang Allah Ta’ala hadirkan untuk manusia.
“Ucapkanlah (kalimat) Ia haula wa Ia quwwata illa billah, sesungguhnya dia (termasuk) perbendaharaan surga.” (HR Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al-Anshari)
Tentang kalimat ini, Rasulullah saw. pun berkata kepada Mu’adz bin Jabal, “Wahai Mu’adz, kalau engkau mau, aku akan tunjukkan salahsatu pintu surga (dia adalah ucapan) Id haula wa Id quwwata illa billdh.” (HR Ahmad dan AthThabrani)
- Hasbalah atau Tawakkul
Inilah kalimat yang melambangkan penyerahan diri total kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu hasbiyallc’ihu wa ni’mal wakil. Cukup bagiku Allah, Dialah sebaik-baik Penjaga. Kalimat ini bermakna bahwa tiada sebaik-baik wakil untuk menyelesaikan aneka permasalahan, urusan, maupun perlindungan dari aneka bahaya, selain Allah Ta’ala. Kalimat ini menjadi bukti penetapan allah ta’ala sebagai satu satunya yang mencakup kita dengan karunianya.
Seorang ulama besar pendiri Tarikat Alawiyyah, Sayyid Abdullah AI-Haddad rahimahullah menasihatkan hal berikut.
Seharusnya engkau tidak mengucapkan suatu perkataan kecuali perkataan itu terjamin kebaikannya. Sesungguhnya setiap perkataan yang haram untuk diucapkan, dia pun haram untuk didengarkan.
Maka, kala berbicara, susunlah kata-katamu dengan baik. Perhatikan cara bicara orang yang tengah berbicara kepadamu. Jangan sampai engkau memutuskan pembicaraan seseorang kecuali jika dia berbicara tentang hal-hal yang dibenci oleh Allah, seperti menggunjing. Janganlah ikut campur dalam pembicaraan yang tidak perlu atau tidak bermanfaat. Janganlah menjelaskan suatu pembicaraan yang kamu mengertinya dari orang yang sedang berbicara denganmu.
Apabila seseorang berbicara denganmu tentang sesuatu atau menceritakan suatu permasalahan yang tidak ada sandarannya,janganlah kamu berkata kepadanya,”Tidak begitu yang kamu ceritakan itu, akan tetapi begini dan begini. Apabila pembicaraan atau cerita tersebut berkaitan dengan agama, jelaskanlah yang benar kepadanya dengan lembut. (Risalah Al-Muawanah, dalam ]alan Para Nabi Menuju Surga, hlm. 147)
(Oleh : Ninih Muthmainnah)