Menjaga Diri Berarti Menjaga Amanah Allah
Apa yang melekat pada jiwa dan tubuh kita merupakan amanah dari Allah Ta’ala, semuanya ada masa dan waktunya, tidak selamanya orang itu kuat dan lemah, seperti Firman Allah dalam surat Ar-Rum yang artinya:
“Allah lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.” (QS. Ar-rum: 54)
Setiap orang itu ada masanya, yang awalnya lemah ketika dilahirkan kemudian tumbuh berkembang menjadi dewasa dan kuat, terakhir kembali menjadi lemah lagi. Begitulah siklus kehidupan, Allah Ta’ala Maha kuasa, sangat mudah bagi-Nya mengambil kekuasaan. Suatu hari saya pernah mengunjungi sebuah museum di luar negeri, ingin melihat foto-foto para raja atau pemimpin yang paling besar, yang hanya tinggal nama dan gambarnya saja, ternyata setiap orang itu ada waktu atau massanya, kalau sudah tua maka gelar dan jabatannya tidak akan dipandang lagi.
Oleh karenanya semua yang kita punya dalam tubuh ini milik Allah Ta’ala dan akan kembali kepada-Nya. Jangan sampai apa yang diberi oleh Allah malah menjadi dosa, diberi yang bagus menjadi dosa dan diberi kekurangan juga jadi dosa, melihat kekurangan dan kelebihan orang jadi dosa. Kita perlu merawat tubuh kita sendiri, sebagai bentuk pertanggungjawaban kita kepada Allah yang telah menitipkan tubuh dan kehidupan kepada kita.
Menjaga anggota tubuh agar selalu sehat dan dapat terus bersyukur kepada Allah Ta’ala, merupakan salah satu jenis amanah kepada diri sendiri. Amanah kepada diri sendiri ini dijalani dengan cara memelihara dan menggunakan segenap kemampuan yang dimiliki guna menjaga kelangsungan hidup, kesejahteraan, dan kebahagiaan diri. Hal ini senada dengan dalil Naqli dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun, yang berbunyi:
وَالَّذِيْنَ هُمْ لِاَمٰنٰتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُوْنَ ۙ
“Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya,” (QS. Al-Mu’minun: 8).
Ada orang yang tadinya bisa melihat namun kemudian tiba-tiba tidak bisa melihat, ada juga yang tadinya bisa berjalan pada akhirnya lumpuh dan kecelakaan. Maka perlu menjaga tubuh ini dengan amanah, mata, hati, pikiran, dan telinga, tidak perlu iri pada orang lain. Sehingga kita yang diamanahi tubuh bisa mempertanggung jawabankan diakhirat kelak. Wallahu a’lam bishowab.
(KH. Abdullah Gymnastiar)
Bagi Jama’ah sekalian yang tertarik untuk berkontribusi terhadap syiar dakwah dan wakaf untuk pembangunan sarana ibadah & belajar santri, bisa menyalurkannya melalui rekening beikut:
Bank Syariah Indonesia (BSI) 9255.373.000 an Yayasan Daarut Tauhiid