Menjadi Pribadi yang Berdaya Guna (2. habis)
Manusia sunah adalah manusia yang kehadirannya memberi manfaat, namun ketika ia tidak ada orang-orang tidak merasakan kehilangan. Boleh jadi hal ini disebabkan kesungguhannya dalam memberi manfaat belum secara tulus, karena ketulusan itu sebenarnya memiliki rasa dan bisa dirasakan. Hati hanya bisa disentuh oleh hati.
Manusia mubah adalah manusia yang kehadiran atau ketidakhadirannya tidak memberikan pengaruh apa pun bagi orang lain dan lingkungannya. Misalnya, seorang karyawan yang ia masuk atau pun tidak, sama sekali tidak berpengaruh pada perkembangan perusahaan. Manusia tipe ini tidak memberikan manfaat dan madharat, baik ia hadir maupun tidak.
Manusia makruh adalah manusia yang ketidakhadirannya tidak memberikan pengaruh apa-apa, namun kehadirannya justru menimbulkan masalah. Orang lain cenderung tidak suka jika dia datang. Boleh jadi karena ia sangat gemar membicarakan aib orang lain sehingga membuat risih yang mendengarkan, atau boleh jadi karena sikap-sikap atau ucapannya yang sering kali menyinggung hati yang mendengarkannya. Sedangkan saat dia tidak ada, maka suasana jadi lebih tenang.
Dan yang terakhir adalah manusia haram. Ini adalah tipe manusia yang kehadirannya malah banyak menimbulkan masalah dan bahaya bagi orang lain dan lingkungannya. Sedangkan ketika dia tidak ada, maka ketidakhadirannya disyukuri oleh orang-orang, bahkan diharapkan oleh mereka.
Masya Allah! Semoga kita semua bisa menjadi pribadi-pribadi yang penuh manfaat bagi orang lain, dan perbuatan serta ucapan kita jauh dari kezaliman. Jika kita memiliki pengetahuan maka sebarkanlah. Jika kita punya keahlian maka ajarkanlah. Jika kita punya kesempatan untuk menjadi sukarelawan demi meringankan beban orang lain di suatu tempat yang tertimpa musibah, maka lakukanlah.
Jangan biarkan waktu yang kita miliki berlalu dengan sia-sia. Sibukkanlah diri kita dengan menebar manfaat bagi orang lain. Sebenarnya jika kita tafakuri, waktu yang kita miliki ini sangatlah sedikit dibandingkan kesempatan untuk berbuat baik dan memberi manfaat. Karena kesempatan seperti itu tidak hanya akan datang kepada kita, melainkan kitalah yang bisa menjemput kesempatan itu sehingga menjadi milik kita.
Mari kita meneladani sosok Utsman bin ‘Affan yang senantiasa antusias dan bersegera mengambil kesempatan untuk berbuat kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain. Hidup di dunia ini hanya singgah belaka dan sebentar saja. Sungguh sayang sekali jika dibiarkan berlalu begitu saja. Sayang sekali jika kita hanya disibukkan dengan urusan atau kepentingan diri kita sendiri saja.
Semakin banyak orang yang kita bantu, semakin bermanfaat kita bagi orang lain, semoga semakin banyak doa yang mengalir untuk kita. Dan, semakin Allah rida kepada kita. Aamiin. Wallahu a’lam bishowab.
(KH. Abdullah Gymnastiar)