Menjadi Pribadi yang Berdaya Guna (1)

Tiada hati yang tersakiti karena ucapan dan perbuatannya. Sedapat mungkin ia senantiasa membantu orang lain sesuai kemampuannya, dan menghindarkan dirinya dari perbuatan yang bisa mengakibatkan kerusakan.
 Saudaraku, dalam hidup ini kuncinya ada dua, yaitu kepada Allah kita menghamba, kepada umat kita berkhidmat. Berbahagialah bagi orang-orang yang senantiasa berikhtiar menjadikan dirinya menjadi manusia bermanfaat bagi orang lain dan lingkungannya. Karena demikianlah ciri-ciri dari sebaik-baiknya manusia.

Ibnu Umar meriwayatkan, pernah suatu ketika ada seorang laki-laki menemui Rasulullah Saw. Kemudian, laki-laki ini bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling dicintai Allah, dan amal apakah yang paling dicintai Allah?”

Rasulullah lalu menjawab, “Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat untuk manusia, dan amal yang paling dicintai Allah adalah kebahagiaan yang engkau masukkan ke dalam diri seorang muslim, atau engkau menghilangkan suatu kesulitan, atau engkau melunasi utang, atau menghilangkan kelaparan. Dan sesungguhnya aku berjalan bersama seorang saudaraku untuk (menuaikan) suatu kebutuhan lebih aku sukai daripada aku beri’tikaf di masjid ini—yaitu Masjid Madinah—selama satu bulan.

“Dan, barangsiapa yang menghentikan amarahnya maka Allah akan menutupi kekurangannya dan barangsiapa menahan amarahnya padahal dirinya sanggup untuk melakukannya maka Allah akan memenuhi hatinya dengan harapan pada hari Kiamat. Dan, barangsiapa yang berjalan bersama saudaranya untuk (menunaikan) suatu keperluan sehingga tertunaikan (keperluan) itu maka Allah akan meneguhkan kakinya pada hari tidak bergemingnya kaki-kaki (hari perhitungan).” (HR. Thabrani)

Ada sebuah ungkapan yang menarik dari saudara kita, Emha Ainun Najib mengenai klasifikasi manusia ditinjau dari segi kemanfaatannya bagi orang lain dan lingkungannya. Menurut beliau, manusia itu ada ‘manusia wajib’, ‘manusia sunah’, ‘manusia mubah’, ‘manusia makruh’ dan bahkan ada ‘manusia haram’. Bagaimana penjelasannya?

Manusia wajib adalah manusia yang kehadirannya selalu dirindukan, karena ketika dia ada maka orang-orang disekitarnya merasakan kemanfaatannya. Ketika ia tiada, maka orang-orang merasakan kehilangan. Mulia akhlaknya, tiada hati yang tersakiti karena ucapan dan perbuatannya. Sedapat mungkin ia senantiasa membantu orang lain sesuai kemampuannya, dan menghindarkan dirinya dari perbuatan yang bisa mengakibatkan kerusakan. Bahkan, ia pun menjauhi hal-hal yang sia-sia atau tiada berguna.

Pantang baginya berghibah, berbicara sesuatu yang tidak ia ketahui kebenarannya. Ia berhati-hati dalam bertutur kata. Mungkin pendidikannya tidak tinggi, tapi perbuatannya terpelihara dari sikap merendahkan atau menghina orang lain. Ia senantiasa berterima kasih dan membalas kebaikan orang lain kepadanya. Ia selalu antusias terlibat dalam urusan-urusan yang menjadi kepentingan lingkungannya. Wallahu a’lam bishowab.

(KH. Abdullah Gymnastiar)

daaruttauhiid.org