Menjadi Pecinta Masjid
Salah satu hal penting yang harus kita pikirkan adalah mengenai masjid. Karena di antara tujuh golongan orang yang dinaungi Allah SWT kelak di akhirat, para pemakmur masjid salah satunya.
Sebagaimana firman Allah SWT, “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. at-Taubah [9]: 18).
Jadi, hidup ini tergantung petunjuk. Ingat ilmu hidayah. Hidayah pertama ketika kita jadi makhluk, yakni berupa insting. Bagaimana bayi bisa menangis? Padahal tidak diajari oleh dokter dan bidan. Inilah insting. Itu petunjuk atau hidayah. Saat bayi lapar, ia memberitahu ibunya dan orang sekitarnya dengan menangis.
Hidayah kedua adalah panca indera. Mata, ini sumber informasi dari Allah. Panca indera adalah karunia. Jadi, jangan marah kalau mencium bau-bauan, karena sesungguhnya itu adalah informasi hidung kita normal.
Hidayah ketiga adalah akal. Kalau indera, binatang juga diberi indera. Bahkan ada yang lebih tajam penciumannya dari manusia. Tapi kalau akal, diberi kepada semua manusia. Kuda juga oleh Allah diberi akal. Namun, paling tinggi akalnya itu seperti akal anak manusia umur tiga tahun. Alhamdulillah kita diciptakan akal, lebih dari makhluk-makhluk lainnya. Hanya saja, penjahat juga berakal. Orang-orang yang zalim juga berakal.
Nah, hidayah yang termahal adalah hidayah dien atau agama. Kalau orang sudah diberikan paham agama, berarti ia beruntung karena mendapat karunia dari-Nya. Di antara umat Islam juga ada tingkatannya. Pertama dia Islam, syahadat saja. Kedua, iman. kemudian yang tertinggi adalah ikhsan.
Orang yang ikhsan itu bagaimana? yaitu orang yang merasa dirinya senantiasa ditatap oleh Allah. Kalau ingin tahu kedekatan seseorang dengan Allah, jawabannya adalah seberapa dekat ia merasakan kedekatan dengan-Nya.
Kalau ia merasa, Allah sedang memperhatikan saya, atau Allah sedang mendengarkan saya, Allah menguasai tubuh saya, Allah mengetahui apa yang ada di pikiran saya, Allah tahu apa yang ada di hati saya. Nah, itu sudah tanda orang itu termasuk golongan mukhsinin. Yang terjaga bukan hanya aktivitas lahir, tetapi juga aktivitas berpikir, dan aktivitas hatinya pun turut terjaga. Biasanya para waliyullah seperti itu.
Saran Aa, kalau bertemu seseorang yang sudah yakin kepada Allah, dekati saja. Karena keyakinannya akan menular. Menurut Rasulullah saw, tiga kriteria sahabat yang baik adalah: kalau kita bertemu dengannya, kita akan jadi ingat Allah. Kalau kita ngobrol dengannya, kita akan tambah ilmu dan amal kita. Kalau kita melihat perilakunya, kita jadi ingat akhirat. Tapi, kalau kita ketemu dia jadi ingat utang, berarti saudara memang harus bayar ya!
Lalu, hidayah itu datangnya dari mana? Di antaranya adalah di masjid. Makanya kalau ada orang yang mengatakan saya mau hijrah, saya mau sungguh-sungguh belajar Islam, saya ingin dekat dengan Allah, lihat saja ke masjidnya bagaimana?
Kemudian, bagaimana mereka yang sering ke masjid namun akhlaknya belum baik? Alhamdulillah, walau akhlaknya belum baik, tetap disyukuri. Kalau tidak ke masjid, bisa jadi semakin ngaco lagi akhlaknya. Doakan saja semoga semakin sempurna akhlaknya.
Terakhir, semoga kita termasuk orang yang giat ke masjid. Karena setiap langkah menuju masjid ada pahalanya. Jangan banyak alasan tidak melaksanakan salat berjamaah ke masjid. Bagaimana mungkin untuk jogging kuat, tapi berangkat dari rumah ke masjid tidak kuat? Semoga kita juga termasuk orang yang senantiasa memakmurkan masjid, dan mendapat naungan dari Allah SWT di akhirat kelak. Aamiin ya Allah ya Rabbal Alamiin. (KH. Abdullah Gymnastiar)